Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Belajar Mengelola Wisata dari Jeju, Korea Selatan

12 Desember 2019   17:31 Diperbarui: 15 Desember 2019   10:34 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Kepala Naga Yongduam Rock| Dokumentasi pribadi

Indonesia sedang gencar-gencarnya menciptakan 10 Bali baru sebagai destinasi wisata unggulan. Namun sayangnya belum tampak konsep yang jelas mengenai pengembangan wisata di 10 lokasi tersebut. 

Untuk itu, tak ada salahnya kalau pemerintah belajar dari Korea Selatan. Saat ini Korea Selatan menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan asal Indonesia selain Jepang dan Eropa.

Selamat Datang Jeju | Dokumentasi pribadi
Selamat Datang Jeju | Dokumentasi pribadi
Salah satu hal yang menarik dari Korea Selatan adalah menetapkan pulau Jeju sebagai daerah khusus wisata dan memberikan otonomi khusus yang berbeda dengan wilayah daratan. 

Pulaunya sendiri tidak terlalu besar, sekitar 1.826 Km2 atau hanya sepertiga luas pulau Bali. Namun di dalamnya boleh dibilang ibarat palugada, apa yang lu butuh gue ada. Mulai dari wisata alam, budaya, belanja, kuliner, rekreasi buatan, hingga olahraga semua ada di sana.

Puncak Gunung Hallasan | Dokumentasi pribadi
Puncak Gunung Hallasan | Dokumentasi pribadi
Gunung Hallasan yang merupakan puncak tertinggi di Korea Selatan berada di tengah pulau tersebut. Demikian pula Seongsan Ilchulbong atau bekas kawah gunung berapi di sudut timur pulau. 

Ada wisata pantai dengan batu berbentuk kepala naga atau disebut Yongduam Rock, air terjun Jeongbang, dan puluhan wisata alam lainnya yang tersebar di penjuru pulau. Juga ada gua lava tube yang menjadi ikon UNESCO sebagai tempat yang wajib dilestarikan.

Rumah Tradisional Jeju | Dokumentasi pribadi
Rumah Tradisional Jeju | Dokumentasi pribadi
Rumah tradisional Jeju beserta perkampungannya juga masih terawat rapi di Seongeup Folk Village dan Jeju Folk Village. 

Bentuknya agak berbeda dari bangunan di Korea daratan karena dibuat dari susunan batu vulkanik yang banyak tersedia di Jeju dengan atap rumbia, persis seperti rumah tradisional di Indonesia.

Musium K-Pop | Dokumentasi pribadi
Musium K-Pop | Dokumentasi pribadi
Ada kompleks wisata buatan seperti Jungmun Tourist Complex yang didalamnya terdapat Museum Teddy Bear, K-Pop, Believe It or Not. Ada pula yang memadukan museum dengan wisata alam seperti O'Sulloc Tea Museum. 

Kemudian taman bermain seperti Eco Theme Park, Hello Kitty Island, Love Park, dan sebagainya. Jeju juga punya stadion sepakbola yang pernah dipakai saat Piala Dunia 2002 lalu.

Pasar Dongmun | Dokumentasi pribadi
Pasar Dongmun | Dokumentasi pribadi
Mau belanja, datang saja ke Dongmun Traditional Market. Di sini tersedia aneka buah-buahan, ikan laut, bumbu masakan khas Korea, serta sayur mayur yang didatangkan dari pulau Jeju sendiri. 

Jeruk merupakan buah yang paling banyak ditanam di Jeju dan dijual di pasar ini. Produk lain adalah masker wajah yang harganya jauh lebih murah dan dijual paketan per pak isi 10 buah.

Lalu strategi apa yang dilakukan pemerintah Korea Selatan untuk mendatangkan turis setelah menetapkan Jeju sebagai daerah otonom?

Pertama, Pulau Jeju ditetapkan sebagai daerah bebas visa wisata bagi 180 negara selama 30 hari, termasuk Indonesia. So, kalau ingin ke Korea Selatan tapi bebas visa, datanglah ke Jeju. 

Jadi wisatawan diarahkan untuk mengeksplorasi pulau Jeju tanpa harus menuju daratan Korea. Sekarang juga sudah ada penerbangan langsung ke Jeju tanpa melalui Seoul, termasuk dari Jakarta via Kuala Lumpur atau Hong Kong.

Risikonya, pertanyaan petugas cukup detail mencakup tiket pulang dan reservasi hotel. Mereka tentu tak ingin kita jadi imigran gelap di sana dan diam-diam melompat ke daratan Korea. 

Paling tidak dua hal tersebut harus disiapkan ketika akan berkunjung ke Jeju. Kalau mau ke daratan kita tetap harus mengurus visa di Jakarta walaupun kunjungannya termasuk ke Jeju.

Seharusnya pemerintah Indonesia memberlakukan hal yang sama, misalnya hanya pulau Bali saja yang bebas visa, tapi daerah lain tidak. Jangan seperti sekarang mengobral bebas visa akhirnya malah banyak turis yang overstay dan tidak terkontrol posisinya. 

Semoga pemerintah mengevaluasi kembali kebijakan tersebut dan membatasinya hanya untuk wilayah tertentu saja yang mudah diawasi seperti Bali.

Bis Umum di Jeju | Dokumentasi pribadi
Bis Umum di Jeju | Dokumentasi pribadi
Kedua, fasilitas transportasi umum yang menjangkau hingga ke pelosok Jeju. 

Karena pulaunya kecil hanya tersedia bus umum saja, namun jangan khawatir karena jumlahnya cukup banyak dan jadwalnya relatif teratur dan tepat waktu. Bahkan kosong pun bus tetap jalan sesuai waktu keberangkatan. 

Tarifnya tidak murah untuk ukuran Indonesia, tapi juga tidak mahal, jauh dekat sekitar 1100 Won atau 13 Ribu Rupiah untuk bus biasa yang berwarna biru dan 2000 Won atau 24 Ribu Rupiah untuk bus ekspres yang berwarna merah.

Saya pernah menunggu di halte bus di kaki Gunung Hallasan, selisih waktu tibanya tak sampai dua menit dari jadwal. 

Busnya pun kosong dan hanya saya seorang hingga ke halte di Jungmun Complex, tapi tak pernah terpikir untuk dioper bus oleh supirnya. Bahkan setelah saya turun dan bus kosong tetap berjalan sesuai rutenya, tidak potong kompas menuju terminal.

Peta Petunjuk Free Wifi di Jeju | Dokumentasi pribadi
Peta Petunjuk Free Wifi di Jeju | Dokumentasi pribadi
Ketiga, free wifi di hampir semua area publik termasuk halte bus. Ini sangat membantu saya yang fakir kuota dan malas beli kartu perdana. 

Dengan adanya free wifi tersebut, saya bisa mengakses internet dari tempat-tempat umum, dan menentukan rute bus di halte serta memperkirakan kedatangan bus dengan bantuan aplikasi Kakao Map. 

Saya bisa update status langsung di tempat tanpa takut habis kuota karena wifi hampir tersedia di mana-mana, bahkan ke tempat wisata di pelosok sekalipun.

Papan Petunjuk Dua Bahasa | Dokumentasi pribadi
Papan Petunjuk Dua Bahasa | Dokumentasi pribadi
Keempat, papan petunjuk di mana-mana di tempat-tempat strategis dalam dua bahasa, Korea dan Inggris. Tak perlu takut kesasar karena petunjuknya cukup jelas. 

Hanya memang di halte bus belum semua berbahasa Inggris dan huruf latin sehingga harus hafal nomor bus yang akan kita naiki. Namun dengan bantuan Kakao Map kita bisa tahu nomor busnya dan cukup dicocokkan dengan papan petunjuk yang ada di halte.

Selain itu tersedia website khusus yang menyediakan informasi tentang Jeju secara keseluruhan. Bahkan hotlinenya pun menyediakan chat dalam lima bahasa selain Inggris, termasuk Spanyol, Prancis, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. 

Mereka sadar bahwa Indonesia termasuk pasar potensial yang harus digarap untuk menarik minat berkunjung ke Jeju.

Stadion Piala Dunia Jeju | Dokumentasi pribadi
Stadion Piala Dunia Jeju | Dokumentasi pribadi
Kelima, jangan lupa keramahan warganya. Walau sebagian besar mereka tidak bisa berbahasa Inggris, namun dengan bahasa tarzan maupun kalkulator mereka siap membantu. 

Saya pernah mengalami sedang menanti bus setelah bertanya kepada warga lokal, diapun rela menunggu hingga bus datang sekadar hanya untuk menunjukkan bus yang benar kepada saya. 

Tidak ada pengemis apalagi preman yang tampak mata sehingga kita nyaman berwisata.

Keramahtamahan inilah sepertinya yang mulai hilang di sebagian besar obyek wisata di Indonesia. Pengunjung sudah malas untuk kembali karena maraknya premanisme, pengamen, pengemis yang mengganggu kenyamanan berwisata. 

Wisatawan dianggap sebagai orang kaya yang membuang-buang uang sehingga harus dihisap.

Terminal Bis Jeju | Dokumentasi pribadi
Terminal Bis Jeju | Dokumentasi pribadi
Untuk akomodasi memang tidak terlalu murah, kisaran 400 - 500 Ribu Rupiah untuk kamar single. Wajarlah karena Jeju merupakan daerah khusus wisata. 

Kalau mau murah bisa memilih dormitory room atau kapsul yang sebagian besar berada di pusat kota Jeju City. 

Sebaiknya memang menginap dekat terminal bus Jeju agar mudah pergi ke destinasi wisata yang ingin dikunjungi karena hampir semua bus masuk ke terminal tersebut.

Makanan juga relatif agak mahal bila dibanding di Korea daratan dan masih agak sulit mencari makanan halal kecuali hasil laut. 

Namun pemerintah setempat sendiri sudah mulai mengampanyekan wisata halal bagi wisatawan muslim agar mereka tetap aman dan nyaman saat berkunjung ke Jeju. 

Ini terlihat di situs visit Jeju. yang menyediakan informasi dalam bahasa Melayu khusus dipersembahkan untuk wisatawan muslim asal negeri-negeri berbahasa Melayu seperti Indonesia dan Malaysia.

Tak heran, sekarang Jeju yang hanya berpenduduk sekitar 660.000 jiwa didatangi oleh sekitar 15 juta turis asing yang memadati Jeju setiap tahunnya. 

Penduduk lokal sendiri sudah mulai merasa sesak dengan kehadiran turis yang meninggalkan sampah serta memerlukan air yang cukup banyak seperti diberitakan di sini. 

Mungkin itulah risiko terbesar membebaskan Jeju dari visa sehingga turis berbondong-bondong mengunjungi Jeju.

Rasanya pemerintah perlu belajar mengelola wisata dari Jeju. Misalnya menetapkan Bali dan Lombok sebagai pulau bebas visa, dan menyiapkan angkutan umum yang memadai serta wifi gratis di tempat-tempat strategis. 

Daripada sibuk membangun infrastruktur untuk 10 Bali baru, mending perkuat apa yang sudah ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun