Mungkin ini solusi untuk menampung pedagang lama dari ruang tunggu lama agar tetap bisa diakomodasi di tempat baru. Musholla sendiri berada di luar, tepat di samping ruang tunggu lama. Menurut petugas, ruang tunggu baru ini masih belum lama difungsikan, sekitar dua bulan lalu menggantikan ruang tunggu lama.
Di rumah makan juga mereka masih tampak seperti dulu, nangkring sambil ngebul dan ngopi di luar, padahal sudah disediakan ruang khusus supir. Dalam hal ini DAMRI perlu mencontoh PT. KAI yang petugasnya sudah mulai rapi berpakaian, tidak serampangan seperti dulu.
Perubahan pasti akan membawa resistensi seperti mogoknya supir bis bandara beberapa waktu lalu (1) ketika kenek akan dihilangkan dalam bis dan dipindahkan ke ruang tunggu. Memang perubahan yang besar akan berdampak pada penciutan SDM dan harus dicarikan solusinya karena menyangkut isi perut mereka.
Lagipula tertutupnya peluang untuk mencari 'tambahan' di luar membuat mereka kebingungan bila tidak ada peningkatan pendapatan sebagai pengganti 'penghasilan tambahan' tersebut secara legal.
Hasilnya mulai tampak ketika DAMRI mendapat tiga penghargaan dalam Indonesia Innovation Award tahun 2019 ini sebagai best overall, best CEO, dan best innovation of transportation (2).Â
Perjalanan baru saja dimulai dan langkah kaki untuk perubahan masihlah panjang. Semoga transformasi yang mulai dilakukan DAMRI dapat berjalan seperti revolusi layanan kereta api yang dimulai sepuluh tahun silam.