Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Champions League Tanpa Juara Liga

13 Mei 2019   09:53 Diperbarui: 13 Mei 2019   10:05 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FInal Champions League 2019 (Sumber: esmadrid.com)

FINAL TANPA JUARA LIGA, IBARAT NGOPI TANPA GULA, PAHITTT MAN!!

Pertandingan terakhir Premier League atau Liga Inggris semalam kembali mentahbiskan Manchester City menjadi juara setelah mengandaskan Brighton HA 4-1 di kandang lawan. Sebagai finalis Champions League musim ini, Liverpool gagal menyalip City walau juga menang 2-0 atas Wolves, demikian pula dengan Spurs yang lebih dulu tercecer dari perburuan gelar sejak pertengahan musim ini.

Partai final Champions League yang bakal digelar di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid bakal sedikit hambar karena para finalisnya bukanlah juara liga di negerinya. Liverpool terakhir merasakan gelar juara 29 tahun lalu sewaktu masih bernama First Division, Spurs bahkan jauh lebih lama lagi, terakhir tahun 1961 atau sekitar 58 tahun lalu.

Berkaca dari sejarah, Champions League awalnya bermula dari kejuaraan Champions Cup yang mempertemukan para juara masing-masing liga di Eropa. Artinya hanya para juaralah yang berhak bertarung dalam kompetisi ini, atau dengan kata lain juara Champions Cup adalah jawaranya para juara liga di Eropa.

Pertandingan dilangsungkan dengan sistem gugur hingga babak final hingga terakhir musim 1990-91. Setelah itu format berubah menjadi sistem grup di delapan besar setelah klub-klub tersebut lolos penyisihan yang masih menggunakan sistem gugur. 

Kedua juara grup langsung bertarung di babak final, yang menghasilkan Barcelona juara untuk pertama kalinya tahun 1992. Tahun berikutnya nama berubah menjadi Champions League namun pesertanya masih juara liga di masing-masing negara, dengan juaranya saat itu Olympique Marseille juga untuk pertama kalinya mewakili Perancis sebagai juara.

Mengingat kejuaraan ini berpotensi mendatangkan pundi-pundi besar, sejak musim 1997-98 pesertanya diperluas dengan memperbolehkan runner-up liga ikut bertarung. 

Hal ini membawa berkah bagi MU yang menjadi runner-up Premier League tahun 1998 untuk bertarung di Champions League musim berikutnya dan berhasil meraih treble winners tahun 1999, termasuk juara liga dan Piala FA. Bahkan tahun 1999-2000 ditambah lagi dengan peringkat tiga dan empat untuk liga-liga utama Eropa seperti liga Inggris, Spanyol, Jerman, Italia, dan Perancis, tergantung pada koefisien yang ditetapkan oleh UEFA dan bisa berubah setiap tahunnya.

Hal ini tentu menguntungkan klub-klub besar namun sulit untuk menjadi juara di liganya seperti Liverpool untuk ikut bertarung dan pernah merasakan gelar juara Champions League tanpa harus menjadi juara liga terlebih dahulu. 

Bahkan klub-klub kelas menengah seperti Leverkusen dan Valencia pun ikut menikmati indahnya bertarung di partai puncak, walau harus kalah dari lawan-lawannya yang jauh lebih berpengalaman.

Real Madrid pun ikut terkerek prestasinya setelah seret di angka enam kali saat masih bernama Champions Cup. Prestasinya langsung melesat dengan menambah koleksi 7 (tujuh) trofi Champions League hingga total telah 13 kali juara. Sebagian tertolong ketika mereka lolos jadi peserta Champions League sebagai runner-up liga Spanyol pada tahun 1999, 2013, 2015, dan 2016.

Final kali ini unik sekaligus istimewa, karena para finalisnya belum pernah sekalipun meraih gelar Premier League yang mulai digelar musim 1992-93 menggantikan format lama bernama First Division. Liverpool sudah pernah merasakannya tahun 2005 ketika berhasil comeback luar biasa di Istanbul saat berhadapan dengan AC Milan setelah tertinggal 0-3 di babak pertama, lalu berhasil menyamakan kedudukan 3-3 dan menang adu penalti.

Sementara Spurs lebih hebat lagi, sudah 58 tahun tak pernah merasakan gelar juara. Apabila juara, Spurs bakal memecahkan rekor Liverpool yang menjadi juara Champions League setelah 15 tahun tak pernah juara liga, Ini tentu bakal menjadi sebuah anomali dimana tim yang tak pernah lagi merasakan gelar juara liga negerinya bisa meraih titel tertinggi di benua Eropa. 

Ironis memang, tapi kekuatan uang memang lebih menentukan dibandingkan prestise. Jumlah pertandingan yang semakin banyak tentu akan semakin banyak pula menghasilkan pundi-pundi bagi UEFA dan klub peserta serta efek turunannya seperti stasiun televisi, radio, toko merchandise, rumah makan, hotel, dan sebagainya yang diperoleh dari para supporter dan iklan.

Namun mereka lupa bahwa pemain juga manusia yang juga memiliki keterbatasan. Semakin banyak pertandingan yang dimainkan akan semakin rentan dengan cedera, apalagi pemain top yang selalu dibayang-bayangi para bek sangar. Mohamad Salah merupakan salah satu contoh aktual ketiak tahun lalu harus beristirahat panjang dan nyaris tidak ikut piala dunia gara-gara cedera di partai final melawan Real Madrid. Minggu lalu juga Salah tak turun melawan Barca karena cedera ringan saat melawan Newcastle.

Masih belum lepas dari ingatan ketika bintang Michael Owen turun sebelum waktunya, karena ketatnya pertandingan dan persaingan saat berada di Real Madrid. Seringnya cedera membuat dirinya harus rela dibangkucadangkan dan akhirnya terdampar di Newcastle United sebelum mencoba kembali peruntungan di MU. Sayang usianya sudah keburu tua dan cedera yang menghantuinya membuatnya jarang bermain lagi bersama MU, sebelum akhirnya pensiun setelah terakhir membela Stoke City.

Kembali ke prediksi final nanti, siapakah yang akan menjadi juara? Pastinya kedua tim bakal tampil penuh karena pemain yang cedera sudah mulai pulih dan tidak ada akumulasi kartu kuning. Harry Kane dipastikan bakal kembali turun setelah cedera sebulan penuh, demikian pula dengan Salah yang kembali bermain saat melawan Wolves kemarin. Tinggal Firmino yang masih menjadi pertanyaan, namun pahlawan lawan Barcelona Divock Origi atau Shaqiri dapat menjadi pelapis seandainya Firmino absen.

Berdasarkan statistik, terutama sejak berubah format menjadi Champions League yang menyertakan non juara liga, baru Chelsea tim pendatang baru yang berhasil menjadi juara tanpa menjadi juara liga tahun sebelumnya. Selebihnya tim-tim yang sudah makan asam garam bertarung sejak di Champions Cup yang menjadi langganan juara. Jadi bila berkaca pada hal tersebut, Liverpool jauh lebih diunggulkan ketimbang Spurs.

Lagipula, bicara konsistensi, Liverpool jauh lebih perkasa dalam 10 pertandingan terakhir hanya sekali kalah lawan Barcelona. Sementara Spurs terseok-seok, hanya meraih empat kemenangan dalam kurun waktu yang sama, termasuk saat mengalah City di Champions League. 

Bahkan Spurs tak pernah menang di tiga pertandingan terakhir liga melawan klub-klub medioker, kalah lawan Bournemouth dan West Ham, serta hanya seri 2-2 saat melawan Everton.

Mungkin itu sebuah strategi untuk menyimpan tenaga karena tak ada yang dikejar lagi di ranah liga, namun ketidakkonsistenan itu harus menjadi perhatian, mengingat dua kali Spurs kalah di ajang Premier League melawan Liverpool dengan skor sama 2-1. 

Akankah Spurs melakukan revans sekaligus merebut titel Champions League untuk pertama kalinya? Ingat, Spurs berhasil mempecundangi City di perempat final Champions League walau selalu kalah di Premier League.

Salah vs Moura, Siapa Unggul? (Sumber: bolatimes.com)
Salah vs Moura, Siapa Unggul? (Sumber: bolatimes.com)
Mohammad Salah dan Lucas Moura kebetulan sedang dalam top performance mereka. Salah menyumbang tiga gol dalam tiga pertandingan terakhir liga, sementara Moura mencetak hattrick di pertandingan semifinal kedua melawan Ajax untuk memastikan satu tempat di final. Sadio Mane lebih gila lagi, empat gol dalam dua pertandingan akan bersaing dengan Son-Heung Min yang masih angin-anginan.

Sepakbola memang bukan statistik, dan itulah mengapa sepakbola selalu enak ditonton saat siaran langsung. Keteganganlah yang menjadi pesona sebuah pertandingan sepakbola, namun angka-angka statistik juga bisa membantu memprediksi siapa yang bakal menang walau peluang untuk meleset tetap ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun