Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Beda Nasib Nasdem dan Perindo

22 April 2019   12:09 Diperbarui: 24 April 2019   17:03 3623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harry Tanoe vs Surya Paloh (Sumber: pojoksatu.id)

Momennya juga tepat saat situasi masih kosong-kosong alias kedua capres benar-benar baru, dan Jokowi-JK waktu itu merepresentasikan perubahan dibanding pasangan Prabowo-Hatta yang dianggap mewakili rezim lama. Masyarakat yang menginginkan perubahan lebih condong memilih Nasdem dibanding partai-partai lama lainnya yang sudah berlumur dosa.

Nasdem juga berani mendeklarasikan sebagai partai tanpa mahar seperti pada pilgub Jabar lalu sebagai partai pertama yang mengusung RK tanpa syarat. Lagipula kadernya juga termasuk paling sedikit terkena kasus korupsi dibanding kader partai-partai lainnya. 

Nasdem juga sering menjadi garda terdepan mendukung kebijakan pemerintah ketika partai-partai lain masih ragu bahkan termasuk partai pendukung pemerintah itu sendiri. Itulah mungkin poin-poin penting yang membuat Nasdem tetap bertahan bahkan prosentasenya bertambah.

Sementara di sisi lain Perindo lebih merupakan follower dari Nasdem yang menjadi trendsetter raja media terjun ke dunia politik. Perindo juga sempat mendukung Prabowo saat Harry Tanoe dekat dengan Aburizal Bakrie yang masih memiliki pengaruh di Golkar. 

Ketika pengaruhnya memudar, Perindo mulai putar haluan mendukung Jokowi sehingga terkesan sebagai partai kutu loncat. Di sinilah mungkin letak kesalahan strategi Perindo, seperti PSI yang berlindung di ketiak petahana.

Momen perubahan seperti dinikmati oleh Nasdem sudah lewat, banyaknya janji Jokowi yang belum dipenuhi membuat sebagian orang berpaling ke pasangan Prabowo-Sandiaga. 

Sayangnya Perindo tidak melihat ini sebagai peluang namun lebih mencari aman demi kelangsungan bisnis grup medianya. Padahal para swing voter yang kecewa dengan petahana dan menginginkan perubahan itulah yang berpotensi menjadi pasar bagi Perindo untuk mendulang suara, mengingat partai baru lainnya terindikasi membawa pesan orde baru.

Perindo, bersama PSI, tentu sulit untuk merebut hati para pemilih yang mendukung petahana karena mereka sudah memiliki preferensi partai masing-masing dan sulit untuk berpindah partai. Memang ini sebuah dilema, di satu sisi partai butuh konstituen yang seharusnya diambil dari para pemilih yang kecewa pada petahana, namun di sisi lain bisnis harus tetap berjalan sehingga paling mungkin adalah mendukung petahana yang masih didukung lebih dari 50% berdasarkan hasil survei. Harry Tanoe pun memilih jalan aman mendukung petahana, dengan resiko gagal masuk ke Senayan periode ini namun bisnisnya tetap aman hingga lima tahun mendatang.

Begitulah kura-kura, eh, kira-kira terawangan saya atas nasib berbeda dua partai yang menguasai 70% media di negeri ini. Mengutip pesan James Bond dalam filmnya, Tomorrow Never Dies, barang siapa menguasai media dia akan menguasai dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun