Mohon tunggu...
Diva Nurul Maulidia
Diva Nurul Maulidia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sedang menapaki jalan panjang menuju impian besar. Ingin menjadi pribadi yang dikenal karena karya dan manfaatnya. Menulis adalah salah satu langkah kecilku ke arah sana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dakwah: Mengajak Manusia Menuju Jalan Allah

26 April 2025   21:31 Diperbarui: 26 April 2025   21:31 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dakwah: Mengajak Manusia Menuju Jalan Allah

Oleh: Syamsul Yakin
(Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Diva Nurul Maulidia (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Dakwah dalam Islam memiliki sasaran utama, yaitu seluruh umat manusia. Sejak manusia pertama, Nabi Adam, Allah telah menetapkannya sebagai seorang muslim. Bahkan, seluruh nabi yang diutus Allah beragama Islam. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad bersabda bahwa para nabi ibarat saudara seayah, dengan agama yang satu, yaitu Islam, meskipun syariat mereka berbeda-beda. Ini menunjukkan bahwa meski aturan-aturan (syariat) dalam kehidupan para nabi berlainan, prinsip dasar agama mereka tetap satu.

Syariat sendiri dapat dipahami sebagai aturan khusus yang Allah berlakukan bagi nabi tertentu dan umatnya, yang bisa berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya. Dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 48, Allah menegaskan bahwa untuk setiap umat, Dia memberikan aturan dan jalan yang terang. Sebagai contoh, umat Nabi Isa pada awalnya adalah kaum muslimin. Al-Qur'an mengabadikan kisah ini dalam surat Ali Imran ayat 52, ketika Nabi Isa bertanya kepada kaumnya siapa yang bersedia menjadi pembela agama Allah. Para hawariyyun, sahabat setianya, menjawab bahwa mereka beriman kepada Allah dan menjadi orang-orang yang berserah diri (muslim).

Istilah muslim merujuk pada mereka yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Al-Qur'an dalam surat Luqman ayat 22 menjelaskan bahwa siapa saja yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan berbuat kebaikan, berarti telah berpegang pada tali Allah yang kokoh. Tafsir Jalalain menerangkan bahwa makna "menyerahkan diri" adalah menaati Allah, sedangkan "tali yang kokoh" diartikan sebagai Islam itu sendiri sebuah ikatan yang kuat dan tak akan terputus.

Selain itu, sasaran dakwah juga mencakup orang-orang kafir. Allah memerintahkan Rasulullah untuk menyampaikan kepada mereka bahwa jika mereka berhenti dari kekafirannya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu. Namun, jika mereka tetap membangkang, maka akan berlaku ketetapan Allah sebagaimana yang telah terjadi pada umat-umat terdahulu. Ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Anfal ayat 38. Dalam konteks ayat ini, yang dimaksud adalah Abu Sufyan beserta pengikutnya sebelum mereka masuk Islam.

Meskipun waktu berlalu, misi dakwah terhadap orang-orang kafir tetap sama, yaitu mengembalikan mereka kepada Islam. Bagi siapa saja yang beriman dan beramal saleh, Allah berjanji untuk menghapuskan dosa-dosa mereka serta memberikan balasan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan, sebagaimana dalam surat Al-Ankabut ayat 7.

Selain mengajak orang-orang kafir kepada Islam, sasaran dakwah juga meliputi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dakwah bukan hanya tentang menyeru orang lain, tetapi juga mengajak diri untuk terus memperbaiki keimanan, beribadah kepada Allah, dan menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Allah memerintahkan dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 125 untuk menyeru manusia menuju jalan-Nya dengan penuh hikmah, nasihat yang baik, serta perdebatan yang dilakukan dengan cara yang santun.

Dengan demikian, dakwah adalah tugas besar yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dimulai dari diri sendiri hingga lingkup masyarakat luas, dengan satu tujuan: membawa manusia kepada jalan Allah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun