Mohon tunggu...
Diva Marshanda
Diva Marshanda Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang suka ngulik tren media sosial, dan suka berbagi opini soal isu-isu viral. Aktif di dunia digital, senang diskusi topik budaya pop, komunikasi digital, dan dunia kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fenomena Viral dan Budaya Cancel Culture di Media Sosial

13 Juni 2025   19:47 Diperbarui: 13 Juni 2025   19:22 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan: tangkapan layar kasus ferdian paleka dan sumber dari internet

Di era digital seperti sekarang, siapa sih yang nggak pegang handphone hampir tiap menit? Bangun tidur cek WhatsApp, scroll TikTok, baca tweet, sampe nonton reels lucu-lucu di Instagram. Dunia maya udah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tapi, di balik itu semua, ada satu fenomena yang makin sering muncul — yaitu viral dan cancel culture.

Apa Sih Viral Itu?
Viral itu istilah buat sesuatu yang menyebar cepat di media sosial. Bisa video lucu, quotes bijak, berita unik, atau bahkan kasus yang bikin orang geram. Dalam hitungan jam, informasi bisa sampai ke ribuan bahkan jutaan orang.
Misalnya nih, video prank yang nggak lucu, komentar artis yang dianggap menyinggung, atau kelakuan public figure yang nggak pantas. Tinggal satu orang share, lalu di-retweet, repost, dishare lagi… eh tiba-tiba udah heboh se-Indonesia.
Kenalan Sama Cancel Culture
Nah, dari situlah muncul istilah cancel culture. Ini budaya di mana orang-orang di media sosial bareng-bareng ‘menghukum’ seseorang yang dianggap salah. Bentuknya bisa macam-macam, mulai dari unfollow massal, boikot brand, lapor akun, sampe bikin petisi online.
Tujuannya sebenernya buat ngasih efek jera, biar orang-orang lebih hati-hati. Tapi sayangnya, kadang cancel culture ini bisa kelewat batas. Ada yang sampai doxing (sebar data pribadi), ngancem, bahkan ngebully keluarganya juga. Padahal yang salah satu orang aja.

video klip nya:

Contoh Kasus Nyata
Ingat nggak kasus Ferdian Paleka? Waktu itu dia bikin prank kasih sembako isi sampah ke waria. Videonya viral dan netizen langsung ngamuk. Akun YouTube-nya dibanjiri dislike, semua brand mundur, bahkan polisi turun tangan. Dia akhirnya ditangkap dan diproses hukum.
Kasus ini nunjukin kalau cancel culture bisa jadi senjata ampuh buat ngasih pelajaran ke pelaku. Tapi di sisi lain, banyak juga yang nyerang secara berlebihan.

Sisi Positif dan Negatif Cancel Culture
Positifnya:

Bisa jadi kontrol sosial di dunia maya
Bantu korban yang nggak punya suara
Ngasih efek jera buat pelaku

Negatifnya:
Kadang cuma ikut-ikutan tanpa tau fakta
Bisa jadi ajang balas dendam digital
Ngerugiin orang lain yang nggak bersalah, kayak keluarga atau teman pelaku

Bijak Bermedsos

Intinya, viral dan cancel culture itu dua hal yang nggak bisa dipisahin dari media sosial zaman sekarang. Tapi sebagai netizen, kita harus pinter-pinter nyaring informasi. Jangan asal repost, jangan gampang terpancing emosi, dan jangan ikut-ikutan cancel tanpa tau cerita lengkapnya.

Karena di balik layar ponsel itu, tetap ada manusia beneran yang bisa terluka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun