Mohon tunggu...
Ditya Mubtadiin
Ditya Mubtadiin Mohon Tunggu... Freelancer - @ditya_mub28

Penikmat balap. Founder F1 Speed Indonesia. Penggemar Manchester United. Sosial media, Instagram: @ditya_mub28 , Twitter: @ditya_mub

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

"Sambat" bersama Ferrari

1 Juni 2019   08:29 Diperbarui: 1 Juni 2019   10:39 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Charles Leclerc dan Sebastian Vettel, GP Spanyol 2019 - sumber: Motorsport Images

Konsep sayap depan Ferrari yang radikal ini rupanya berefek pada perolehan downforce yang mereka dapat. Padahal regulasi musim ini saja untuk sayap depan, perolehan downforce pada bagian itu dikurangi. 

Dan Ferrari justru mengambil direksi yang radikal dengan berfokus pada efisiensi daripada downforce. Hasilnya sudah terlihat, kalah telak dari Mercedes. 

Paling terlihat di Catalunya, dimana pada kualifikasi Vettel terpaut 0,8 detik dari peraih pole, Valtteri Bottas. Dan dari tayangan ulang, terlihat sekali betapa katrok-nya Ferrari di tikungan. Sambat lagi, kan?.


Perbedaan sayap depan Mercedes dan Ferrari - sumber: F1
Perbedaan sayap depan Mercedes dan Ferrari - sumber: F1
Bukan hanya aerodinamika saja masalah mereka, namun juga pada ban. Ban musim ini bereaksi berbeda dari musim-musim sebelumnya, dimana lebih sulit untuk memanaskan ban supaya mencapai suhu optimal demi daya cengkram maksimal. 

Ferrari masih bergelut dengan ini. Sebenarnya bukan cuma Ferrari saja yang mengalami masalah ini, hampir setiap tim mengalaminya, kecuali Mercedes. Iya, mereka memang sempurna.

Penunjukan Mattia Binotto sebagai tim prinsipal yang baru untuk musim ini menggantikan Maurizio Arrivabene sempat membawa secercah harapan bagi penggemar Ferrari. 

Posisi Binotto sebelumnya adalah sebagai kepala teknis dan sukses membuat mobil yang sukses membuat Toto Wolff dan kawan-kawan ketar-ketir pada 2017 dan 2018. Hal ini membuat mayoritas penggemar Ferrari berharap Binotto mampu membuat mobil yang sempurna bagi Ferrari.

Beberapa penggemar bahkan membandingkan sosok Binotto dengan Ole Gunnar Solkjaer yang menggantikan Jose Mourinho menjadi pelatih Manchester United, yang parahnya bukan main. 

Berharap Binotto mampu membangkitkan Ferrari seperti Ole membangkitkan Manchester United. Dan hasilnya, sama. Terlihat bangkit di awal, makin kesini semakin terjun bebas dan melawak. Sambat lagi, deh.

Salah satu tujuan penunjukan Mattia Binotto adalah karena Arrivabene sering membuat kesalahan strategi. Sekarang, kita lihat musim ini. Berapa kali Ferrari melakukan keputusan dan strategi yang tidak jelas ketika balapan? banyak. 

Mulai dari team order yang tak jelas maksudnya apa, strategi pit stop yang berantakan dan yang terbaru strategi Ferrari saat kualifikasi GP Monako yang sebabkan Charles Leclerc keluar pada sesi Q1 dan menghancurkan balapannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun