Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Diary

Di Balik Jok Motor, Ada Universitas Kehidupan

19 Juli 2025   12:39 Diperbarui: 23 Agustus 2025   20:40 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ia saksi bisu tawa, gerutu, dan pelukan pagi. Hanya lima menit, tetapi di sanalah aku belajar sabar, mencinta, dan hadir seutuhnya. (Dokumen Pribadi)

Kisah Dimulai dari Jok Belakang

Ada sebuah Revo merah di halaman rumah, kami memanggilnya Si Merah. Ia bukan sekadar motor hasil cicilan yang kuambil sejak si bungsu masuk TK. Ia adalah saksi bisu perjalanan pagi yang, entah bagaimana, berhasil mengubah rutinitas kami menjadi sesuatu yang jauh lebih bermakna.

Awalnya, semua soal kepraktisan. Dua anak harus sekolah, dan paket jemputan terasa ... tidak manusiawi. Anak sulungku selalu dijemput paling pagi demi menyesuaikan jadwal anak lain. Padahal aku tahu, dia senang pagi yang tenang. Tak terburu-buru. Bisa memilih waktunya sendiri.

Aku pun mengambil alih kemudi, menjadi tukang ojek dua anak yang ternyata jadi peran paling menyenangkan yang pernah kuterima.

Mungkin tidak semua orang tua merasa perlu mengantar anak setiap hari. Namun, bagiku, itu keputusan kecil yang menjelma menjadi makna besar.

Aku ingin anak-anakku tahu: kehadiran itu penting. Bukan hanya tentang tiba di sekolah, tetapi tiba dengan hati yang utuh—dan cinta yang terasa dari jok belakang.

Perjalanan itu memang cuma lima menit, tetapi entah mengapa, terasa seperti rekaman pelan yang ingin kusimpan dalam memori selamanya.

Ada momen yang kusuka dari si bungsu saat kakaknya sudah turun di sekolahnya. Dari spion, kulihat wajah kecil itu menempel di punggungku, diam-diam menyenandungkan lagu tanpa suara.

"Nda, pelan-pelan aja, ya. Adek suka gini."

Ah, Nak ... kau tak tahu, kalimatmu itu seperti selimut hangat di pagi buta. Di dunia yang serba cepat, permintaanmu membuatku ingin berhenti sejenak. Menikmati detik-detik yang biasanya kulewatkan begitu saja.

Ternyata, yang dia butuhkan adalah perjalanannya. Bukan tujuan, bukan juga sampai di sekolah lebih cepat. Ini tentang bersama aku lebih lama.

Rutinitas Pagi yang Tak Tergantikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun