Â
Mungkin istilah trifthing sudah tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat masa kini. Apalagi fenomena thrifting ini banyak menjadi pembahasan di media sosial. Namun, apa sebenarnya arti dari thrifting?Â
Secara terminologi, thrifting mengacu pada aktivitas membeli barang bekas. Secara bahasa, diambil dari kata thrifty yang berarti cara menggunakan uang dan barang lainnya secara baik dan efisien. Sehingga thrifting tidak hanya diartikan sebagai aktivitas membeli barang bekas, namun juga konsumen dapat merasakan sensasi sendiri ketika bisa berebutan barang dengan orang lain di pasar .  Apalagi jika mendapatkan barang langka atau rare, dengan harga yang lebih murah. Thrifting bisa dilakukan dengan mengeksplor ke pasar-pasar atau bisa juga berburu barang melalui e-commers atau media sosial, seperti Instagram.Â
Pada awal kemunculannya, thrifting hanya diminati orang masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Namun, semenjak fenomena thrifting semakin populer, kegiatan membeli barang bekas kini tidak lagi dipandang sebelah mata dan dianggap memalukan. Masyarakat khususnya anak muda semakin gencar untuk berburu barang thrift karena mereka dapat membeli barang-barang branded yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah dengan harga yang jauh lebih murah. Barang bekas yang biasanya diincar adalah pakaian, sepatu, hingga tas. Namun, pakaian bekas adalah barang bekas dengan peminat terbanyak.Â
Hal ini lah yang membuat trifthing sangat digemari oleh anak muda. Mereka bisa tampil ciamik dengan menggunakan brand-brand ternama namun dengan biaya minimum. Barang branded yang biasanya hanya bisa digunakan oleh masyarakat golongan atas, kita bisa digunakan juga oleh masyarakat golongan menengah ke bawah.  Selain itu, memakai barang branded mempunyai pride tersendiri dan bisa meningkatkan kepercayaan diri para penggunanya.Â
Baju thrift juga cenderung memiliki keunikan tersendiri. Barang-barang tersebut biasanya barang vintage yang sudah jarang ditemui. Hal ini juga yang membuat thrifting digemari oleh anak muda yang ingin tampil beda dengan gaya berbusana yang unik. Barang thrift biasanya hanya tersedia satu tiap modelnya, sehingga dapat mengurangi resiko mengenakan pakaian pasaran yang sama dengan orang lain.Â
Konten mengenai thirfting juga banyak sekali dipertontonkan di media sosial seperti Tiktok, Facebook, Instagram, hingga Youtube. Konten yang diunggah pun sangat beragam, mulai dari konten hunting barang thrift ke pasar-pasar, unboxing barang hasil thrifting, konten mix and match pakaian thrift, hingga kumpulan info pasar thrift di berbagai daerah. Di media sosial tersebut juga banyak sekali para penjual pakaian bekas. Biasanya para penjual ini akan hunting pakaian bekas dahulu ke pasar-pasar dengan memilih barang bagus yang sesuai dengan trend fashion masa kini, kemudian mereka akan mencuci dan menyetrika pakaian-pakaian tersebut hingga tampak seperti pakaian baru. Setelah itu, para penjual akan mulai memfoto dan mengunggah fotonya tersebut di media sosial.Â
Selain melalui postingan foto, banyak juga yang menjual melalui strategi live streaming. Pedagang akan menjual barang melalu live di media sosial, dan pembeli bisa memesan barang yang mereka mau melalui kolom chat. Walaupun barang yang dijual melalui media sosial lebih mahal dan tidak bisa ditawar seperti pedagang di pasar, namun peminatnya tetap banyak. Bahkan para pembeli tetap harus adu cepat dengan pembeli lain untuk membeli barang yang mereka mau.Â
Bagi penjual thrift yang sudah besar, biasanya mereka membeli baju thrift dalam satuan bal. Harga tiap bal berbeda-beda tergantung dari isi bal tersebut. Misalnya saja, bal khusus kemeja biasanya dibeli dengan harga 7-8 jutaan/bal. Setiap bal berisi ratusan helai kemeja. Bal-bal ini biasanya didapat dari luar negeri, seperti Singapore.Â
Dengan semakin populernya fenomena thrifting, tidak jarang orang lebih sering berbelanja pakaian thrift dibanding membeli pakaian baru sehingga dapat menimbulkan budaya konsumtif yang baru. Budaya konsumtif beralih dari fast fashion ke thrifting dengan harga yang jauh lebih murah. Karena murahnya harga baju-baju di thrift shop, orang akan membeli baju dengan jumlah yang banyak sehingga mereka dapat meningkatkan kreativitas dengan mix and match pakaian.