Mohon tunggu...
Dita Silalahi
Dita Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - Do u think all humans are same?

In life, no matter who is loved or hated, because the important thing is that God loves you.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Salah Pilih? Berujung Penyesalan atau Pasrah?

11 Januari 2021   13:49 Diperbarui: 11 Januari 2021   14:02 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

 

          Bukan penyesalan tetapi sedikit berpasrah dengan keadaan. Mungkin karena keteledoran saya sendiri sebelum mengambil keputusan beberapa waktu lalu, tepatnya bulan Mei 2020. Setelah hampir 2 tahun memilih bekerja terlebih dahulu sebelum melanjutkan dunia perkuliahan dengan alasan ingin membiayai kuliah sendiri. Selama 2 tahun terakhir dengan penuh ketakutan tidak bisa mewujudkan mimpi selama ini, tiap hari dihantui rasa takut dan hampir putus asa. Sampai suatu saat sepupu saya menyarankan saya sebuah yayasan pendidikan sekolah penerbangan. Hanya mendengar penjelasannya, saya memutuskan memilih kampus itu. Dengan keputusan secepat kilat saya langsung memutuskan pilihan itu sebagai penantian saya selama 2 tahun terakhir.

Pertengahan bulan Mei saya mengikuti ujian saringan masuk kampus yang direkomendasikan sepupu saya secara online karena kebetulan saat itu sudah memasuki masa pandemi. Jujur, awalnya saya tidak terlalu berharap untuk lulus ujian tersebut, tetapi kenyataannya saya lulus. Saya menganggap bahwa ini adalah kabar baik, jawaban dari doaku selama ini, langsung saya memberitahukan orangtua saya. Awalnya mereka tidak yakin, karena mereka belum pernah mendengar nama kampus itu, tetapi saya yang terlalu bersemangat terus meyakinkan orangtua saya kalau itu benar-benar ada karena sudah direkomendasikan langsung oleh sepupu saya.  Namun, proses pencapaian sampai saya bisa ke kampus itu bukanlah hal yang mudah. Pertama, saya harus mengajukan surat pengunduran diri dari perusahaan saya bekerja yang awalnya ditolak dan saya terus membujuk manager saya karena saya ingin menaljutkan sekolah saya. Akhirnya disetujui oleh perusahaan tetapi dengan syarat saya tidak beri tunjangan apapun, seharusnya jika saya bekerja memenuhi kontrak saya akan diberi tunjangan dan tiket gratis ke kampong halaman, jadi saya menanggung semua biaya sendiri dari biaya ongkos pesawat, tes swab dan biaya transport lainnya.

            Akhirnya tibalah saya di kampung halaman selama satu minggu untuk melengkapi data persyaratan, saya hanya fokus dengan melengkapi data-data seakan-akan kampus ini sudah menjadi keputusan bulat tanpa harus mencari tahu lebih jauh lagi. Sudah mendekati bulan Agustus tanggal masuk perkuliahan juga sudah ditetapkan oleh pihak kampus. H-7 saya sudah menyiapkan segala data yang diperlukan, saya tes rapid lagi, tetapi pada hari itu Kepala Desa datang ke rumah saya untuk meminta saya di karantina mandiri di rumah selama 2 minggu tidak boleh keluar rumah. Terpaksa saya mengkonfirmasi pihak kampus bahwa saya tidak bisa hadir di pertemuan pertama dan pihak kampus memakluminya. Untungnya saya belum memesan tiket pesawat tetapi saya harus tes rapid lagi.

            Yang telah ditunggu-tunggupun tiba, saya sudah sampai di tempat tujuan saya dan tiba saya pergi ke kampus. Tahu apa yang dipikiran saya saat pertama kali melihat kampus itu?

"Serius ini kampusnya? Gak salah?" saya benar-benar terkejut karena tidak sesuai ekspetasi saya. Melihat setapak gedung kecil di pinggir jalan bahkan tidak terlihat seperti sebuah kampus. Dalam pikiranku, aku sudah membuat keputusan yang salah dan saya juga menceritakan kepada orangtuaku mengenai situasi saat itu bahkan sempat saya berpikir untuk pulang saja dan tidak melanjutkan pendidikan di kampus tersebut. Ditambah lagi, beberapa teman saya yang ada disana juga meeraskan hal yang sama dengan saya, merasa tidak percaya dengan kampus tersebut. Tetapi orangtua saya dan saudara saya yang lainnya terus mendukung dan menyemangati untuk tetap melanjutkan. Karena saya sudah melangkah sejauh ini dan setelah penantian 2 tahun terkahir, mereka percaya semua sudah diatur oleh Tuhan. Dnegan begitu, saya secara perlahan meyakinkan diri sendiri dan terus melanjutkan apa yang sudah saya mulai. Semoga saja ke depannya ini bisa berjalan dengan baik dan tidak mengecewakan.

            Jadi intinya, perlu untuk kita mengetahui latar belakang sekolah atau kampus yang akan kita pilih sebagai tempat menempuh pendidikan, bukan hanya dengar omongan dari mulut ke mulut. Di zaman modern saat ini, sangat mudah untuk mendapatkan informasi tentang apapun itu, jadi akses terlebih dahulu informasi yang lebih mendalam, berhati-hati dalam mengambil keputusan terutama masalah pendidikn karena ini akan berpengaruh besar di masa depanmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun