Mohon tunggu...
Pradita Aulia Rahma
Pradita Aulia Rahma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Mahasiswi Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan di Kota Bandung: Tantangan, Kebijakan, dan Kolaborasi

31 Desember 2023   18:04 Diperbarui: 31 Desember 2023   18:35 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemiskinan merupakan salah satu tantangan serius yang terus dihadapi oleh berbagai kota di Indonesia, termasuk Kota Bandung. Permasalahan ini menjadi fokus utama bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Data statistik yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencerminkan perkembangan yang beragam terhadap tingkat kemiskinan di Kota Bandung dari waktu ke waktu. Meskipun terjadi penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terdapat dampak sementara yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang meningkatkan tingkat kemiskinan pada tahun 2020-2021.

Tingkat kemiskinan yang telah berhasil ditekan sejalan dengan implementasi kebijakan yang berfokus pada peningkatan pendapatan, pengurangan beban pengeluaran, dan pengentasan wilayah kantong kemiskinan. Namun, terdapat tantangan dalam pengelolaan data yang akurat, keterbatasan sumber daya manusia, serta perlunya evaluasi dan pendampingan yang berkelanjutan untuk memastikan keberhasilan program. Langkah-langkah lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan efektivitas program pengentasan kemiskinan di Kota Bandung. Koordinasi antar-dinas yang lebih baik, penggunaan data yang lebih komprehensif, serta evaluasi yang lebih terstruktur menjadi fokus dalam pengembangan kebijakan yang lebih efektif. 

Program-program yang telah dilaksanakan, baik yang berasal dari kebijakan pemerintah maupun program swadaya masyarakat, menjadi pijakan untuk upaya terus-menerus mengurangi tingkat kemiskinan. Dengan kerjasama yang sinergis antara pemerintah, lembaga pendidikan, LSM, sektor swasta, dan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan Kota Bandung dapat terus meraih perubahan positif yang berkelanjutan dalam mengatasi permasalahan kemiskinan dan menuju terwujudnya masyarakat yang lebih sejahtera secara menyeluruh.


Analisis Tentang Kemiskinan di Kota Bandung

Informasi statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan adanya penurunan yang berkelanjutan dari tingkat kemiskinan di Kota Bandung dari waktu ke waktu. Dalam beberapa tahun terakhir, data menunjukkan adanya tren penurunan yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Bandung. Pada tahun 2023, tercatat penurunan persentase penduduk miskin menjadi 3,96% dari sebelumnya 4,25% pada tahun 2022, menunjukkan perbaikan yang berarti. 

Meskipun demikian, masa pandemi COVID-19 memberikan dampak tersendiri, menyebabkan kenaikan sementara dalam tingkat kemiskinan dari 3,99% menjadi 4,37% pada tahun 2020-2021. Badan Pusat Statistik (BPS) menetapkan indikator kemiskinan di Kota Bandung menggunakan Garis Kemiskinan (GK), yang mempertimbangkan pengeluaran, terbagi menjadi GK Makanan dan GK Non-Makanan. Pada tahun 2023, GK di Kota Bandung tercatat sekitar Rp 591.000 per individu per bulan, menjadi tolak ukur pengeluaran minimum. 

Individu dengan pengeluaran di bawah angka tersebut dikategorikan sebagai masyarakat miskin. Selain itu, terdapat parameter penting dalam mengukur kemiskinan, yaitu kedalaman kemiskinan (P(1)) dan keparahan kemiskinan (P(2)). Kedalaman mencerminkan sejauh mana individu berada di bawah garis kemiskinan, sementara keparahan menunjukkan perbedaan antara individu yang miskin. Data menunjukkan kedalaman kemiskinan berada di tengah-tengah (0,59), sementara keparahan relatif stabil di 0,15.


Proses Perumusan Kebijakan dan Evaluasi dalam Penanggulangan Kemiskinan

Dasar hukum yang diberikan oleh pemerintah pusat, khususnya melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 15 Tahun 2010, menjadi landasan bagi strategi pengurangan kemiskinan di Kota Bandung. Instruksi Presiden (Inpres) No. 4 tahun 2022 dan panduan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menjadi pedoman dalam merumuskan kebijakan, fokusnya terutama pada peningkatan pendapatan, pengurangan beban pengeluaran, dan pengurangan wilayah kantong kemiskinan. 

Proses perumusan kebijakan melibatkan penyesuaian strategi dan kegiatan, koordinasi lintas instansi pemerintah, serta evaluasi dan pengawasan eksternal. Penggunaan data terukur dari berbagai sumber, seperti Laporan Percepatan Penanganan Kemiskinan Daerah (LP2KD), dengan data baik mikro seperti data P3KE dan DTKS maupun data makro, menjadi dasar dalam menentukan kebijakan yang tepat. Prioritas yang didasarkan pada analisis menjadi kunci dalam menetapkan kegiatan dengan mengevaluasi faktor-faktor krusial seperti ketenagakerjaan, kesehatan, dan sektor-sektor lainnya. Evaluasi program dilakukan secara berkala dan terstruktur, dengan analisis menyeluruh yang mencakup beberapa aspek untuk memastikan efektivitas dan efisiensi program tersebut. Pengambilan keputusan didasarkan pada data mikro yang terukur, bukan hanya pada asumsi semata.


Langkah-Langkah Lebih Lanjut untuk Meningkatkan Program Pengentasan Kemiskinan

Meskipun telah tercapai kemajuan, langkah-langkah lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan efektivitas program pengentasan kemiskinan di Kota Bandung. Peningkatan koordinasi antar-dinas, penggunaan data yang lebih komprehensif, serta evaluasi yang lebih terstruktur perlu dilakukan untuk mengembangkan kebijakan yang lebih efektif. Berdasarkan data dan proses pembuatan kebijakan yang telah ada, langkah-langkah lebih lanjut dapat diambil untuk meningkatkan efektivitas program pengentasan kemiskinan di Kota Bandung. 

Diperlukan peningkatan koordinasi antar-dinas, penggunaan data mikro dan makro yang lebih komprehensif, serta evaluasi yang lebih terstruktur untuk mengembangkan kebijakan yang lebih efektif. Dorongan untuk menciptakan sinergi program antar daerah, melakukan evaluasi yang lebih mendalam, dan memastikan bahwa pengambilan keputusan didasarkan pada data yang kuat akan menjadi langkah-langkah berkelanjutan dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan di Kota Bandung. Melalui upaya-upaya ini, diharapkan kemiskinan di Kota Bandung dapat terus ditekan dan perubahan positif yang berkelanjutan dapat tercapai dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera secara keseluruhan.


Tantangan dalam Implementasi

Tantangan besar dalam menjalankan program penanganan kemiskinan melibatkan beberapa faktor kunci:

1. Masalah Data: Manajemen data yang akurat dan dinamis menjadi tantangan utama. Ketidakpastian dan perubahan dinamika data menjadi hambatan serius dalam implementasi program. Pengelolaan data yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya menjadi kunci utama keberhasilan. Perbedaan data yang dimiliki oleh perangkat daerah serta kewilayahan merupakan contoh nyata dari tantangan ini.

2. Keterbatasan Sumber Daya Manusia: Peran interaksi manusia menjadi penting dalam program ini. Memahami psikologi individu, evaluasi penerima manfaat, dan pendampingan yang terus-menerus menjadi faktor penentu.

3. Proses Evaluasi dan Pendampingan Berkelanjutan: Penilaian yang tepat terhadap penerima manfaat dan pendampingan yang berkelanjutan menjadi kunci dalam intervensi yang efektif. Kegagalan dalam pendampingan dapat menghambat keberhasilan program.


Sinergi Kolaboratif dalam Penanganan Kemiskinan

Dalam upaya mengurangi kemiskinan di Kota Bandung, terjadi kolaborasi lintas sektor antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan LSM. Program-program dari perusahaan swasta dan bantuan langsung seperti bantuan sembako atau peralatan medis disalurkan langsung kepada masyarakat membutuhkan, tanpa melalui badan daerah. Banyak program juga terkait dengan janji-janji politik dari pejabat terkait seperti Walikota, terutama dalam konteks pemberdayaan kewilayahan yang dijanjikan dalam peraturan daerah. 

Contoh program pengentasan kemiskinan hasil janji walikota terlihat pada program-program seperti pemberian dana ke kewilayahan, program Kredit Mesra, program Layat Terawat, Bus Gratis, dan sebagainya. Akan tetapi, kelangsungan program pengentasan kemiskinan kerap bergantung pada kepemimpinan yang baru. Program-program tersebut bisa berlanjut, dihentikan, atau digantikan oleh program-program baru. Meskipun demikian, beberapa program terbukti memberikan dampak positif yang signifikan dalam mengurangi tingkat kemiskinan, seperti ATM Beras atau bantuan sosial berupa dana bagi kelompok rentan.

Dalam konteks penanganan masalah kemiskinan yang berkepanjangan di Kota Bandung, terdapat beberapa aspek krusial yang harus diperhatikan. Pertama, pentingnya memiliki manajemen data yang lebih baik untuk memahami isu-isu yang terkait dengan kemiskinan secara lebih tepat. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia yang intensif menjadi esensial agar masyarakat dapat meningkatkan kapabilitas mereka dalam menghadapi tantangan ekonomi. Di samping itu, kolaborasi lintas sektor yang terarah menjadi sebuah kebutuhan untuk merumuskan dan melaksanakan strategi yang komprehensif dalam menangani persoalan kemiskinan.

Kedua, walaupun terdapat kemajuan yang signifikan dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Kota Bandung melalui kebijakan yang difokuskan pada peningkatan pendapatan dan pengurangan beban pengeluaran, dampak dari pandemi COVID-19 menimbulkan peningkatan sementara dalam tingkat kemiskinan selama periode 2020-2021. 

Kebijakan yang diimplementasikan didasarkan pada Perpres Nomor 15 Tahun 2010, namun evaluasi yang terstruktur dan penggunaan data yang komprehensif menjadi landasan utama untuk meningkatkan efektivitas program-program penanggulangan kemiskinan. Berbagai tantangan muncul dalam implementasi program-program tersebut, seperti manajemen data yang akurat, keterbatasan sumber daya manusia, serta perlunya evaluasi dan pendampingan yang berkelanjutan terhadap penerima manfaat. Namun, melalui kolaborasi lintas sektor antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, LSM, dan sektor swasta, terlihat adanya sinergi yang positif dalam mengatasi permasalahan kemiskinan.

Dalam konteks peningkatan, perlu adanya langkah-langkah lanjutan seperti peningkatan koordinasi antar-dinas, pemanfaatan data yang lebih komprehensif, evaluasi yang lebih mendalam, sinergi program antar daerah, serta pengambilan keputusan yang didasarkan pada data yang kuat. Harapannya, melalui upaya-upaya ini, perubahan positif yang berkelanjutan dapat terus terwujud guna menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera secara menyeluruh di Kota Bandung.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun