Mohon tunggu...
Dita Aprilia
Dita Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Difabel Tuli Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

21107030125

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Ada Pengalaman Buruk yang Sulit Dilupakan?

5 Juni 2022   09:13 Diperbarui: 5 Juni 2022   09:17 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Aku, kamu dan kita pasti memiliki momen atau pengalaman yang ingin kita lupakan. Kebanyakan orang, mengalami suatu hal, yang bahkan hal memalukan sekalipun, namun tidak mersasakan dampak tertentu bagi kehidupannya, bahkan dia akan dapat melupakan hal tersebut dalam jangka waktu tertentu. Namun, bagi sebagian orang lainnya, hal-hal yang dialami, sangking intens atau sangking menyakitkannya, dapat memengaruhi hidup mereka dan selalu membuat mereka terngiang-ngiang akan hal itu. Fenomena ini dikenal sebagai trauma.

Apa yang menyebab terjadinya trauma? Bagaimana cara mengetahui jika kamu memilikinya?

Siapa saja yang bisa merasakan trauma? Dan apa yang dapat dilakukan untuk merawat trauma tersebut?

Trauma pada dasarnya adalah respons emosional terhadap pengalaman yang mengerikan. Trauma dapat menghadirkan banyak penyakit mental. Namun dalam artikel ini, hanya akan dibahas salah satu penyakit mental akibat trauma, yakni PTSD. 

Post-Traumatic Stress Disorder atau Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD). PTSD timbul akibat trauma. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua pengalaman mengerikan dapat disebut sebagai trauma. Contohnya, kejadian seperti perceraian atau kehilangan pekerjaan, walaupun menimbulkan stres dan sakit hati, tidak masuk definisi trauma. 

Hanya kejadian-kejadian yang terkait dengan kematian, Cedera, atau kekerasan seksual yang dapat dikategorikan sebagai trauma. Trauma tidak hanya terjadi jika musibah yang berkaitan dengan hal-hal tersebut menimpa diri sendiri, karena musibah yang terjadi kepada keluarga dekat atau orang yang kita kenal juga dapat menimbulkan PTSD. 

Selain itu, menyaksikan hal-hal mengerikan secara berulang kali juga bisa menimbulkan PTSD. Hal ini lazim terjadi kepada orang yang bekerja di profesi yang kesehariannya terekspos pada kekerasan dan/atau kematian, seperti tenaga kesehatan, pemadam kebakaran, bahkan moderator konten untuk situs medsos, yang setiap hari harus menyaring video-video yang bisa dikatakan, tidak layak ditonton. 

Jadi, apa sebenarnya yang terjadi ketika seseorang yang menderita Post-Traumatic Stress Disorder? 

Terdapat empat kategori gejala umum yang dialami penderita PTSD. Pertama, "Re-experiencing" atau gejala ingatan yang intrusif Gejala ini adalah gejala yang paling umum kita asosiasikan dengan PTSD. 

Penderita PTSD seringkali secara tiba-tiba, mengingat kembali ingatan-ingatan traumatis mereka. Yang kedua, "Avoidance". 

Gejala ini adalah gejala di mana seorang penderita PTSD akan menghindari segala sesuatu yang dapat mengingatkan mereka terhadap pengalaman-pengalaman traumatis yang mereka alami. 

Yang ketiga, "Hyperarousal" adalah gejala dimana penderita PTSD akan merasa cemas setiap saat dan tidak bisa tenang.

Gejala ini membuat mereka mudah kaget dan memandang hal-hal biasa sebagai ancaman terhadap hidup mereka. Dan yang terakhir, gejala "Kognisi dan Mood". 

Gejala ini membuat penderita PTSD memikirkan hal-hal negatif secara terus menerus. Hilangnya minat melakukan hal-hal yang sebelumnya disukai, atau perasaan menyalahkan diri sendiri atas musibah yang terjadi lazim muncul bagi penderita PTSD. Gejala-gejala ini bisa timbul 3 bulan hingga beberapa tahun setelah terjadinya kejadian traumatis. 

Orang dewasa dapat didiagnosa menderita PTSD apabila mengalami gejala "re-experiencing" dan "avoidance" setidaknya sekali. dan "hyperarousal serta "kognisi dan mood" setidaknya 2 kali selama minimal 1 bulan. 

Mengalami kejadian yang traumatis tidak otomatis menimbulkan PTSD. Terdapat pula orang-orang yang walaupun telah melalui suatu musibah, tetap tidak menderita PTSD di kemudian hari. Terdapat banyak hal yang mempengaruhi tingkat resiko timbulnya PTSD. 

Salah satu yang terpenting adalah dukungan yang suportif dari keluarga serta teman-teman terdekat. Apabila support system tersebut tidak ada, kemungkinan timbulnya PTSD akan jauh lebih tinggi. PTSD dapat bersifat kronis. Yaitu, berlangsung seumur hidup. 

Namun untungnya, tidak selalu demikian. Beberapa orang dapat pulih dari PTSD dalam waktu beberapa bulan, asalkan mereka mendapat perawatan yang benar. Perawatan PTSD biasanya terdiri dari obat-obatan anti-depresi serta terapi. Namun, perlu diingat bahwa satu tipe perawatan tidak akan memberi respon yang sama terhadap semua penderita PTSD. Oleh karena itu, penting untuk melakukan konsultasi dengan seorang psikolog untuk mengetahui perawatan yang tepat bagi seseorang yang merasa mengalami atau telah didiagnosa mengidap PTSD.

Perlu diingat bahwa trauma dapat menjadikan siapa saja menderita PTSD. Oleh karena itu, penting untuk kita tidak menyepelekan musibah yang menimpa seseorang. Kita harus bisa mencoba untuk mengerti apa yang mereka rasakan serta bersifat suportif. 

Keberadaan kita bisa saja menjadi perbedaan bagi musibah yang dialami seseorang. Bisa saja musibah tersebut menjadi trauma yang berkepanjangan atau menjadi ingatan yang suatu hari nanti bisa dilupakan.

Demikian artikel ini dibuat sebagai bahan pembelajaran untuk kita semua. Penting untuk diketahui bahwa jika kamu mengalami hal-hal yang mirip dengan apa yang dibicarakan dalam artikel ini, maka kamu harus menghubungi pihak-pihak yang ahli, seperti psikolog. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk mendiagnosa dirinya sendiri.

Demikian, terima kasih! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun