Pendahuluan
Internet of Things (IoT) telah menjadi salah satu pilar utama transformasi digital di berbagai sektor, mulai dari industri manufaktur, kesehatan, hingga pertanian. Dengan menghubungkan berbagai perangkat fisik ke internet, IoT memungkinkan pengumpulan data secara real-time, otomatisasi, dan pengambilan keputusan berbasis sensor. Namun, di balik kecanggihan teknologi ini, terdapat tantangan besar dalam proses pengembangannya, terutama dalam hal rekayasa perangkat lunak (RPL) yang harus efisien, andal, dan mudah diadaptasi.
Pengembangan perangkat lunak untuk IoT tidak hanya membutuhkan fungsionalitas yang kompleks, tetapi juga efisiensi sumber daya karena keterbatasan perangkat keras (resource-constrained) pada sistem tertanam (embedded system). Dalam konteks ini, pendekatan desain modular dan pengujian sistematis menjadi elemen kunci keberhasilan.
Artikel ini akan membahas penerapan prinsip RPL dalam pengembangan perangkat lunak IoT, khususnya dengan pendekatan desain modular dan strategi pengujian untuk sistem tertanam.
Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dalam Konteks IoT
RPL pada sistem IoT memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan pengembangan perangkat lunak pada sistem konvensional. Beberapa tantangan khasnya meliputi:
Keterbatasan perangkat keras: Memori terbatas, prosesor rendah daya, dan kebutuhan efisiensi energi tinggi.
Kompleksitas komunikasi: Protokol seperti MQTT, CoAP, dan Zigbee digunakan untuk pertukaran data antar perangkat.
Kebutuhan real-time: Respons harus cepat dan akurat, terutama pada sistem kritis seperti di bidang medis atau industri.
Interoperabilitas: Perangkat dari berbagai vendor harus mampu saling berkomunikasi.