Mohon tunggu...
Verdhyawan
Verdhyawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar/Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang menyukai seni dan bercita-cita menjadi musisi namun terhalang karena tidak bisa main alat musik

Selanjutnya

Tutup

Music

Straight Edge: Perlawanan Terhadap Streotipe Buruk Masyarakat

1 Januari 2021   22:51 Diperbarui: 1 Januari 2021   23:02 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Jika mendengar kata "PUNK" apa yang terlintas dipikiran anda? Sekumpulan orang yang hobi mabuk-mabukan, memakai narkoba, melakukan sex bebas, gayanya urakan dan menyeramkan? Jika seperti itu, mari kita kesampingkan streotipe itu karena kita akan membahas Straight Edge.

Apa itu Straight Edge? Secara garis besar, Straight Edge adalah gaya hidup atau sebuah filosofi hidup untuk tidak merusak diri sendiri dengan tidak mengkonsumsi narkoba, merokok, mabuk-mabukan, sex bebas, atau hal-hal yang dianggap berbahaya untuk diri sendiri. Straight Edge menjadi alternatif baru di skena musik hardcore punk yang identik dengan kerusuhan.

Bagi Ian Mckaye, menjadi seorang rockstar tidaklah harus identik dengan obat-obatan terlarang, sex bebas, mabuk-mabukan, merokok, atau gaya yang urakan. Baginya seorang dengan penampilan cupu, berkacamata atau bahkan seorang kutu buku juga berhak memainkan musik keras seperti yang lainnya.

Demi mendobrak streotipe negatif tentang penggemar musik keras, vocalis dari band Minor Threat (sebuah band hardcore oldschool asal Washington DC) merilis sebuah lagu berjudul 'Straight Edge', lagu ala hardcore punk dengan ciri khas jurus tiga kunci dan durasi yang singkat, 46 detik. Lagu ini masuk ke dalam album 'Minor Threat EP' yang dirilis pada tahun 1981.

Lagu 'Straight Edge' bertransformasi menjadi suatu gaya hidup baru di kalangan penggemar musik atau band hardcore/punk yang menekankan tentang pola hidup yang sehat dengan tidak memakai narkoba, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, tidak merokok, hingga tidak sembarangan berganti pasangan. Dalam konteks ini, Straight Edge menjadi budaya tandingan dari gaya hidup ala rockstar era 60an yang merupakan kebalikan dari Straight Edge.

Seorang penganut Straight Edge biasanya menggunakan simbol 'X' pada punggung tangannya sebagai tanda. Pemakaian simbol ini berawal ketika band Teen Idles akan tampil di sebuah club bernama Mabuhay Gardens, San Fransisco. Saat itu para personil Teen Idles masih di bawah umur, sehingga pihak dari club menyematkan simbol 'X' di kedua punggung tangan mereka. Tanda itu membuat mereka tak diperbolehkan meminum minuman beralcohol. Sejak saat itulah simbol 'X' mulai dijadikan sebagai penanda bagi penganut Straight Edge.

Penyebaran Straight Edge begitu cepat, sepanjang era 80an banyak sekali band-band hardcore punk di AS dan Eropa yang menjadikan Straight Edge sebagai pilihan hidup. Beberapa band yang mengadopsi spirit dari Straight Edge yaitu Teen Idles, 7 Seconds, SSD, Negative FX, serta band-band yang sering disebut sebagai 'Youth Crew Era' seperti Youth of Today, Gorilla Biscuits, Judge, Bold, Chain of Strenght, dan masih banyak yang lainnya.

Memasuki akhir era 80an, Straight Edge mulai diserak oleh berbagai isu sosial-politik seperti vegetarian, anti-rasisme, dan kesetaraan gender. Sampai saat ini, Straight Edge telah menjadi filosofi hidup bagi masyarakat luas, bukan hanya dikalangan anak punk saja. Siapapun bisa menjadi seorang Straight Edge.

Di Indonesia sendiri, penganut Straight Edge sangat banyak jumlahnya, mereka menjadikan Straight Edge sebagai pilihan hidup. Perlawanan mereka terhadap stigma negatif masyarakat tentang penggemar musik keras yang identik dengan hal-hal negatif mereka torehkan lewat musik dan gaya hidup. Banyak juga band di Indonesia yang menganut Straight Edge, beberapa diantaranya ada Straight Answer, Thinking Straight, Martyr, dan yang lainnya.

Menyuarakan Straight Edge sebagai pilihan hidup yang anda yakini tidaklah salah, asalkan jangan terlalu fanantik dan menganggap yang tidak sepaham dengan anda adalah musuh, itu sama sekali tidak keren karena berbeda paham adalah hal yang biasa. Seperti sekelompok Straight Edge militan di Boston yang menamakan diri mereka FSU (Friend Stand  Up), mereka memukuli orang-orang yang mabuk, merokok, memakai narkoba atau mengeroyok orang yang baru pulang dari club malam. Yang pada akhirnya mereka sendiri malah dibenci di skena Straight Edge itu sendiri.

Jika bertanya berlebihan tidak jika sekelompok penikmat musik hardcore punk yang berbicara tentang pilihan hidup yang mereka pilih (dalam konteks Straight Edge)? Apakah mereka sok suci? Jawabannya adalah tergantung pada pandangan masing-masing. Saya pribadi menganggap itu adalah sebuah kebebasan, karena setiap orang memiliki pilihannya masing-masing. Tidak peduli jika mereka memilih menjadi seorang punk atau menjadi seorang penganut Straight Edge, tindakan itu tidaklah salah dengan syarat tidak merugikan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun