Mohon tunggu...
DIRAN MURTADHO
DIRAN MURTADHO Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Tanya Kembali Pada Diri Sendiri Subtansi dari Aksi Bela Tauhid?

19 November 2018   08:06 Diperbarui: 19 November 2018   09:00 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hampir sudah sebulan lamanya setelah kasus pembakaran di garut namun tidak ada kejelasan dalam kasus ini masih ada golongan yang mempertanyakan kebeneran yang terjadi itu seperti apa? Apa motif si pelaku pembakaran? Dan apa juga motif yang sebenarnya pembawa bendera ke acara tersebut? 

Jika memang benar mereka adalah yang melakukan kejadian itu mereka pasti mengetahui apa sebenernya perbuatan mereka, apa susahnya jika si pelaku pembakaran dan pembawa bendera di koferensi pers di wawancarai serempak oleh warwatan untuk menceritakan kronologis kejadian dan apa juga motif yang mengakibatkan dia membakar bendera dan kenapa pula dia membawa bendera tersebutkan sudah jelas bahwa di hari itu di larang membawa pendera organisasi apapun kecuali bendera Indonesia.

Lantas mengapa masih terjadi kegaduhan di halayak umum apakah karena hukum yang di jatuhkan kurang rasional? Atau kurang setimpal dengan apa yang di lakukan? Padahal sudah jelas-jelas pelaku telah di tangkap juga sudah di berikan hukuman, pertanyaannya hukuman yang seperti apa yang pantas bagi pembakar bendera tersebut?.

Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif lanjut berorasi. Slamet bercerita delegasi Aksi Bela Tauhid jilid II gagal bertemu dengan Presiden Joko Widodo.

Slamet menyebut, delegasi hanya dapat bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto bersama Wakapolri Komjen (Pol) Ari Dono. Slamet lantas menyinggung pembakaran bendera bertuliskan tauhid yang dilakukan anggota Banser NU.

Slamet mengungkapkan para pelaku pembakaran bendera harus dihukum. "Harus ditembak dengan hukum, setuju?" kata Slamet.

Slamet lantas menanyakan pedemo apakah mengetahui cara menembak para pelaku pembakaran bendera bertuliskan tauhid. Dia pun mengangkat jempol dan telunjuknya menyerupai pistol.

Gaya ini mirip dengan salam dua jari yang dipakai kubu Prabowo-Sandiaga Uno. Massa lantas mengikuti gerakan Slamet.

"Angkat pistolnya! Pembakar bendera tauhid, dor!" kata Slamet.

(Sumber)

Itu yang di sampaikan mengadung kata metaphor pas slamet ketua alumni 212 mengatakan bahwa "harus di tembak dengan hukum"  Apakah ada peraturan di Indonesia yang mengatakan kalau pembakar bendera harus di hukum tembak? Kan gak ada lantas apa sebenarnya motif slamet mengatakan kalau pembakar bendera tauhid di tembak denga hukum? Apa kah maksudnya hukum tembak atau hukum apa?.

Dilihat dari fakta bahwa dia menganalogikan dengan jarinya menyerupai pistol bahkan dia juga berkata "dor...", bukannya itu tembakkan yang harus di berikan kepada pelaku pembakaran? Apakah itu seimbang dengan apa yang mereka lakukan, apakah itu yang di inginkan para demostran mengenai hukuman yang harus di berikan pada pembakar bendera tauhid. Padahal hukum telah di tetapkan oleh hukum yang berlaku dia mungkin juga telah di penjara, ditambah lagi kalau GP ANSOR telah meminta maaf atas kejadian dan kegaduhan yang terjadi ahir-ahir ini, apakah tidak puas golongan yang masih meng gaungkan aksi dengan apa yang di lakukan hukum dan permintaan maaf dari ormas pembakaran itu sendiri? Paling timbul lagi pertanyaan sebenernya apa yang mereka inginkan atas kejadian ini? Silahkan bertanya pada diri anda sendiri.

Menurut ku juga kalau-kalau wiranto mengatakan bahwa gerakan aksi bela tauhid ini bercampur dengan gerakkan politik, kalu memang itu adalah gerakkan politik coba di telusuri oleh PANWASLU, mereka yang mempunyai hak legitimasi untuk menentukan bahwa ini bukan saatnya untuk meng gembor-gemborkan perpolitikkan di Indonesia, sangat di sayangkan kalau memang gerakkan demo bela tauhid ini bercampur dengan gerakkan politik, jika hal yang suci sudah di kaitkan dengan perpolitik yang begitu kotor selalu menghalalkan segala cara bagiku tidak cocok bahwa aksi ini, jika di sandingkan dengan perpolitikkan kasihan masyarakat yang di ombang ambing kesana kemari padahal mereka itu tidak lain dan tidak bukan mereka hanya di jadikkan alat untuk kepentingan politik sementara karena di perlukan sekarang ini, tetapi yang kebanyakannya ketika mereka sudah memerintah lupa pada masyarakat yang telah di peralat oleh mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun