Mohon tunggu...
Dinda Annisa
Dinda Annisa Mohon Tunggu... Freelancer - Penterjemah Lepas

Based in Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang pembantaian Lapangan Tiananmen 1989 di Beijing

6 Juni 2023   10:30 Diperbarui: 6 Juni 2023   10:31 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pembicara serta moderator Asep Setiawan (paling kanan) di seminar internasional di Jakarta. | Sumber: FISIP UMJ

Menurut Rameshwar, korban tewas di Lapangan Tiananmen diperkirakan lebih dari 10.000 orang.

Protes terbesar dan terpanjang dari 16 April hingga 4 Juni 1989 diadakan di Lapangan Tiananmen di mana lebih dari 1 juta orang --- kebanyakan pelajar, pekerja dan rakyat biasa --- berpartisipasi dalam demonstrasi damai tersebut. Para pengunjuk rasa menyerukan kebebasan, demokrasi, diakhirinya korupsi, reformasi ekonomi dan politik serta akuntabilitas.

"Pelajaran Lapangan Tiananmen adalah tentang akuntabilitas, legitimasi dan tanggung jawab Partai Komunis China," ujar Prof. Srikanth dalam sambutannya.

Ini adalah aturan satu partai yang otoriter di China. Partai Komunis secara brutal menekan protes mahasiswa.

Pimpinan China saat itu sangat terpecah tentang bagaimana menangani demonstrasi. Pada akhirnya, kelompok garis keras, yang melihat protes sebagai tantangan langsung terhadap otoritas Partai Komunis, menang dan menghancurkan protes tersebut dengan keras. Beberapa pejabat partai bersimpati pada tuntutan mahasiswa dan menyukai pendekatan perdamaian, tetapi mereka kalah dari garis keras partai.

Menurut Srikanth, protes Lapangan Tiananmen telah menginspirasi banyak protes di kemudian hari di China.

"Protes di China meningkat pesat sejak Lapangan Tiananmen," ungkap Srikanth.

Prof. Srikanth Kondapalli. | Sumber: FISIP UMJ
Prof. Srikanth Kondapalli. | Sumber: FISIP UMJ

Pada tahun 1994, setelah lima tahun Lapangan Tiananmen, keseluruhan protes melonjak menjadi 10.000 protes. Pada tahun 2010, China menyaksikan 180.000 protes sementara di 2011 sendiri terjadi 230.000 protes.

Banyak kesamaan antara protes Lapangan Tiananmen 1989 dan protes 1998 di Indonesia. Gerakan itu sukses di Indonesia.

"Baik mahasiswa di China maupun Indonesia berjuang untuk tujuan yang sama seperti melawan otoritarianisme, lebih banyak demokrasi dan lebih banyak kebebasan," tutur Sri Yunanto dalam sambutannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun