"Sentralitas ASEAN berfungsi untuk menjaga keseimbangan terhadap dorongan China dalam menggantikan AS dan juga untuk menjaga AS di kawasan ASEAN," kata Thayer.
Mengakui ancaman nyata dari pertumbuhan China bagi Asia Tenggara, Ben Bland, direktur Program Asia Tenggara di Lowy Institute Australia, menyerukan tindakan terkoordinasi dari negara-negara anggota ASEAN untuk menghadapi tindakan memecah belah dan koersif China.
"Tindakan terkoordinasi akan efektif, saya pikir, dalam melawan Beijing," kata Ben.
Menurut Ben, China ingin memecah ASEAN.
"China ingin mempermainkan negara-negara satu dengan yang lainnya karena itu sesuai dengan keinginan China, misalnya, untuk menghindari pembicaraan Kode Etik di Laut China Selatan dan sesuai dengan keinginan China untuk membuat ASEAN tidak terorganisir dan tanpa persatuan apa pun," ujar Ben.Â
Karena persaingan antara China dan AS untuk hegemoni regional di Asia, negara-negara Asia tidak boleh bergabung hanya dengan satu kekuatan besar. Mereka harus melibatkan keduanya dan menjaga keseimbangan.
"Ancaman bagi negara-negara Asia, dalam hal munculnya China sebagai kekuatan besar dan persaingan kekuatan besar untuk hegemoni di kawasan Asia, adalah jika Asia menjadi Asia tanpa Amerika Serikat, itu akan sangat bermasalah. Karena tidak akan ada kekuatan besar untuk menyeimbangkan China," kata Jason Young, peneliti dari New Zealand China Research Center dari University of Wellington.
Negara-negara Asia sekarang menghadapi ancaman keamanan yang serius dari China, yang telah menghabiskan lebih dari AS$200 miliar per tahun untuk militernya. Masa depan akan sangat suram.
"Pada akhir 2049, China akan memiliki militer kelas dunia," kata Connie Rahakundini Bakrie, seorang analis militer dari Indonesia.