Mohon tunggu...
dinipasharamadhani
dinipasharamadhani Mohon Tunggu... Mahasiswi

Seorang Mahasiswi Bisnis Digital yang memiliki minat dalam membahas isu ekonomi terkini namun tetap suka nongki santai seperti Gen Z pada umumnya

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menteri Keuangan Tegaskan APBN Tidak Ikut Campur dalam Pendanaan Hutang Whoosh, Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

18 Oktober 2025   05:03 Diperbarui: 18 Oktober 2025   05:03 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Itu Whoosh?

Kereta cepat Whoosh adalah proyek investasi gabungan antara Indonesia dan negeri tirai bambu, China. Dimana indonesia memegang 60% saham proyek ini. Merujuk pada laman resmi KCIC (Kereta Cepat Indonesia China), Pada 16 Oktober 2015, konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang membentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd membentuk perusahaan patungan yang dinamakan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Dalam hal ini KCIC menjadi operator Whoosh, yang sebelumnya dikenal dengan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), diharap mampu memecahkan berbagai permasalahan nasional, salah satunya mengatasi kepadatan arus transportasi Jakarta-Bandung yang selama ini bergantung pada jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) dan Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi). Di samping itu, Kereta Cepat Whoosh juga menjadi jawaban untuk membangun konektivitas antar kota dan antar kawasan demi pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional.

Whoosh ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016 dengan nilai investasi yang fantastis.Biaya total dari proyek ini mencapai 7,27 miliar dollar AS atau senilai Rp 118,37 triliun dengan kurs Rp 16.283 per dollar AS. Nominal tersebut sudah termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS (Kompas.id, 22/8/2025). Dalam pengembangannya, KCIC beroperasi tanpa bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun jaminan Pemerintah Indonesia. Pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank (75%). Sedangkan 25% merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) (60%) dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. (40%).

Kereta cepat ini akhirnya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada 2 Oktober 2023, di Stasiun Halim, Jakarta. Peresmian ini menandai telah usainya seluruh pembangunan proyek kereta cepat di Indonesia dan mengenalkan nama baru dari Kereta Cepat di Indonesia yaitu Whoosh (Waktu Hemat, Operasi Optimal, dan Sistem Hebat). 

Namun apakah realitanya seindah konsep yang telah diuraikan? Berikut saya paparkan apa yang sebenarnya terjadi pada Whoosh belakangan ini berdasarkan data dan sudut pandang saya sebagai seorang mahasiswi bisnis digital. Artikel ini ditulis berdasarkan data dari berbagai sumber dan pendapat pribadi penulis, jadi artikel ini cukup subjektif namun tetap dapat dibuktikan kredibilitasnya.

Perjalanan Whoosh

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang kini disebut Whoosh tengah disorot karena beban utangnya yang telah mencapai Rp 116 triliun (kompas.com, 13/10/2025). Jumlah yang cukup fantastis untuk proyek yang sudah berjalan sejak dioperasikan pada tanggal 17 oktober 2023 silam. Sebenarnya proyek yang memakan biaya besar umumnya tidak memberikan keuntungan secara instan atau dalam jangka waktu yang relatif pendek. Justru proyek seperti ini berisiko mengalami kerugian terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sebelum meraih keuntungan. Seperti yang terjadi pada Whoosh. Namun sudah berapa lama Whoosh mengalami kerugian?  

Mengutip laporan keuangan 2024 audited dari situs resmi PT KAI, PSBI ternyata merugi hingga Rp 4,19 triliun sepanjang tahun 2024. Pada paruh pertama 2025, PSBI kembali mencatatkan rugi sebesar Rp 1,62 triliun, bedasarkan laporan keuangan 30 Juni 2025 (unaudited) (CNBC Indonesia, 16/10/2025). Artinya dalam kurun waktu 2 tahun terakhir Whoosh masih mengalami kerugian. 

Di tengah sorotan publik terhadap kerugian Whoosh yang menyebabkan beban utang yang semakin membengkak ini, saya justru setuju dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menggunakan dana APBN untuk menutup atau membiayai utang KCIC. Keputusan ini, bagi sebagian pihak, tampak seperti bentuk "lepas tangan" pemerintah terhadap proyek besar yang sebenarnya merupakan hasil kerja sama BUMN Indonesia. Namun, bila ditelaah lebih dalam, keputusan tersebut justru menunjukkan sikap tegas dan prinsip tata kelola keuangan negara yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun