Mohon tunggu...
Dini Arfiani
Dini Arfiani Mohon Tunggu... Lainnya - Mom-Student

like a swallow, so proud and free

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mimikri dan Perlawanan

20 Oktober 2020   23:22 Diperbarui: 20 Oktober 2020   23:52 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelum jauh membahas megenai pascakolonial, sangat penting untuk memahami terlebih dahulu mengenai wacana kolonial. Dalam bahasa yang lebih mudah, wacana kolonial dapat dikatakan sebagai segala macam asumsi, common sense, ujaran sehari-hari, mimbar akademik yang melegitimasi kolonialisme ataupun lanjutannya yang ada hingga saat ini seperti neokolonialisme ataupun hubungan relasi kuasa global yang tidak berimbang hingga detik ini. Sehingga masyarakat mengamini bahwa relasi kuasa yang tidak berimbang atau ketimpngan-ketimpangan lain yang ada di kehidupan ini merupakan sesuatu yang wajar dan dapat diterima.

Implikasi dari kolonialisme sendiri bukan hanya fisik melainkan mental, bukan hanya tanah, air dan udara yang dapat dieksploitasi melainkan juga pikiran manusia dapat dipengaruhi.

Masyarakat bekas jajahan baeik yang dijajah Eropa maupun dijajah negara sendiri akan memiliki perasaan inlander dan inferior atas budaya Barat. Hierarki antara Timur dan Barat dirasa wajar dan tidak mencurigakan atau sudah dianggap sebagai kodrat.

Wacana kolonialisme pasca-Pencerahan Inggris sering berbicara dalam bahasa yang bercabang-cabang, bukan salah. Jika kolonialisme mengambil alih kekuasaan atas nama sejarah, ia berulang kali menjalankan otoritasnya melalui tokoh-tokoh lelucon.

Untuk maksud eplc dari misi peradaban, 'manusiawi dan bukan sepenuhnya manusia' dalam kata-kata terkenal Lord Rosebery, 'ditulis oleh jari Tuhan' sering menghasilkan teks yang kaya akan tradisi trompe-l 'reil, ironi , mimikri dan pengulangan.

Dalam komik ini, peralihan dari cita-cita tinggi imajinasi kolonial ke mimikri efek sastra mimetiknya yang rendah muncul sebagai salah satu strategi kekuatan dan pengetahuan kolonial yang paling sukar dipahami. (Bhabha, 1994)

Kajian pascakolonial secara tegas memberikan argumen kritis kultural atas kolonialisme yang memiliki implikasi luas hingga pada kajian gender. Kajian pascakolonial memiliki konsep yang sangat khas mengenai potensi perlawanan atau resistensi yang tidak selalu hadir dalam bentuk perlawanan frontal yang disadari, tetapi potensi yang hadir dalam hal-hal kecil yang kadang tidak terlalu terlihat.

Kajian pascakolonial memang menjadi kajian yang tidak mudah untuk dipahami, ini terlihat dalam buku-buku yang ditulis oleh para pemikir pascakolonial seperti Homi Bhabha, pembacaan tentang gagasan pascakolonial dari Homi Bhabha tentu sangat perlu dibantu dengan teks-teks lian agar terdapat pemahaman yang utuh.

Homi Bhabha lahir di Mumbai India pada tahun 1949. Seperti banyak pemikir pascakolonial lainnya seperti Gayatri Spivak yang juga sangat terkenal dan berasal dari India, Homi Bhaha banyak juga mengambil contoh-contoh kajian pascakolonial. India memang banyak sekali melakirkan pemikir kritis pascakolonial.

Homi Bhaha terkenal dengan tiga konsep yang ditawarkan dalam kajian kritis pascakolonial, yaitu hibriditas, ambivalensi dan mimikri. Homi Bhabha bukan hanya menunjukkan bahwa wacana kolonial tidak adil. Lebih jauh lagi, Homi Bhaha telah menunjukan bahwa sebenarnya wacana kolonial memiliki banyak kelemahan.

Homi Bhabha percaya bahwa kekuasaan penjajah tidak pernah benar-benar berhasil menggenggam masyarakat yang dikuasai secara penuh, hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan selalu tidak stabil dan dapat berubah kapanpun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun