Dalam kehidupan yang bergerak cepat ini, kita sering terjebak dalam pusaran aktivitas tanpa henti. Notifikasi berbunyi tanpa jeda, jadwal meeting menumpuk, dan tenggat waktu selalu mengejar. Namun, ada keindahan tersendiri ketika kita berani menghentikan semua itu demi momen sakral bersujud kepada Allah SWT. Salat bukanlah sekadar kewajiban yang harus ditunaikan. Ia adalah jembatan penghubung antara seorang hamba dengan Penciptanya. Lima kali dalam sehari, azan berkumandang sebagai pengingat bahwa ada urusan yang lebih penting dari sekadar mengejar target duniawi. Dalam momen itulah, keputusan untuk membuat dunia menunggu menjadi pilihan yang penuh hikmah.
Ketika kita mengutamakan salat, sebenarnya kita sedang menegaskan hierarki prioritas yang benar. Rapat bisa dijadwalkan ulang, pesan bisa dibalas kemudian, dan dunia tidak akan berhenti berputar hanya karena kita meminta waktu sejenak untuk beribadah. Yang mengagumkan, sering kali setelah salat, pikiran menjadi lebih jernih dan masalah yang tadinya terasa berat menjadi lebih ringan untuk dihadapi. Pengalaman spiritual ini memberikan dampak nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hati menjadi lebih tenang, pikiran lebih fokus, dan jiwa lebih kuat menghadapi berbagai tantangan. Salat menjadi ruang meditasi yang menyegarkan di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern. Lebih dari itu, ketika kita berani membuat dunia menunggu demi salat, kita juga memberikan teladan tentang keteguhan prinsip. Kita menunjukkan bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dikompromikan, bahwa ketaatan kepada Allah SWT. mendahului semua kepentingan duniawi.
Bukankah menakjubkan ketika kita mampu hidup dengan nilai yang jelas? Salat tidak hanya mengajarkan kita tentang kedisiplinan waktu, tetapi juga tentang keikhlasan, kesabaran, dan kerendahan hati. Dalam keberanian membuat dunia menunggu, kita justru menemukan kebebasan sejati yaitu bebas dari perbudakan waktu dan tuntutan duniawi yang tak ada habisnya. Mari kita rasakan keindahan ini. Keindahan ketika kita berani menunda urusan dunia untuk urusan akhirat, ketika kita memilih untuk membuat manusia menunggu daripada membuat Allah SWT. menunggu. Karena pada akhirnya, semua yang kita kejar di dunia ini bersifat sementara, sedangkan hubungan kita dengan Allah SWT. adalah yang abadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI