Mohon tunggu...
Dinda JuniLestari
Dinda JuniLestari Mohon Tunggu... Freelancer - kosong

99kiddo

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jadul Jadi Trendi Lagi

16 September 2019   07:53 Diperbarui: 16 September 2019   10:28 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tak banyak dari kalangan masyarakat yang lebih mengenal istilah Hari Radio Nasional yang bertepatan pada tanggal 11 September. Hal ini terjadi karena pemikiran masyarakat kebanyakan menilai bahwasanya radio adalah alat pendengar yang kalah canggih dengan gadget yang seringkali sekarang membuat manusia hidup praktis. 

Karenanya mereka bisa lebih menggunakan internet sebagai satu-satunya informasi yang terupdate dengan cepat dibandingkan hanya dengan mendengarkan kabar dari radio.

Padahal dengan menggunakan gadget yang memudahkan manusia sekarang ini, radio bisa diakses dengan mudah menggunakan jaringan berbasis data internet dan non. Karena halnya radio merupakan salah satu peran yang besar ketika Indonesia merdeka, dimana ia memberikan informasi serta hiburan yang bervariasi dan menarik.

Sejarah Lahirnya RRI
RRI didirikan sebulan setelah siaran radio Hoso Kyuso dihentikan tanggal 19 Agustus 1945. Saat itu, masyarakat menjadi buta akan informasi dan tidak tahu apa yangharus dilakukan setelah Indonesia merdeka. Apalagi, radio radio luar negeri saat itu mengabarkan bahwa tentara Inggris yang mengatasnamakan sekutu akan menduduki Jawa dan Sumatera.

Tentara Inggris dikabarkan akan melucuti tentara Jepang dan memelihara keamanan sampai pemerintahan Belanda dapat menjalanakan kembali kekuasaannya di Indonesia.

Dari berita-berita itu juga diketahui bahwa sekutu masih mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia dan kerajaan Belanda dikabarkan akan mendirikan pemerintahana bernama Netherlands Indie Civil Administration (NICA).


Menanggapi hal tersebut, orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa penjajahan Jepang menyadari radio merupakan alat yang diperlukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk berkomunikasi dan memberikan tuntutan rakyat mengenai apa yang harus dilakukan.

Wakil-wakil dari 8 berkas radio Hosu Kyuso mengadakan pertemuan bersama pemerintah di Jakarta. Pada tanggal 11 September 1945 pukul 17.00, delegasi radio sudah berkumpul di bekas gedung Raad Vaan Indje Pejambon dan diterima sekretaris negara.

Delegasi radio yang saat itu mengikuti pertemuan adalah Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto dan Maladi.

Abdulrahman yang menjadi ketua delegasi menguraikan garis besar rencana pada pertemuan tersebut. Salah satunya adalah mengimbau pemerintah untuk mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat mengingat sekutu akan mendarat di Jakarta akhir Septembe 1945. 

Radio dipilih sebagai alat komunikasi karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran.
Untuk modal operasi, delegasi radio menyarankan agar pemerintah menuntut Jepang supaya bisa menggunakan studio dan pemancar-pemancar radio Hoso Kyoku.

Mendengar hal itu, sekretaris negara dan para menteri keberatan karena alat-alat tersebut sudah terdaftar sebagai inventaris sekutu. Para delegasi pun mengambil sikap meneruskan rencana mereka dengan memperhitungkan risiko peperangan.

Pada akhir pertemuan, Abdulrahman Saleh membuat simpulan antara lain, dibentuknya Persatuan Radio Republik Indonesia yang akan meneruskan penyiaran dari 8 stasiun di Jawa, mempersembahkan RRI kepada presiden dan Pemerintah RI sebagai alat komunikasi dengan rakyat, serta mengimbau supaya semua hubungan antara pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdulrahman.

Pemerintah menyanggupi simpulan tersebut dan siap membantu RRI meski mereka tidak sependapat dalam beberapa hal.

Dari sejarah lahirnya RRI tersebut seharusnya kita tidak melupakan alat ini sebagaimana alat ini telah menjadi penyambung komunikasi antara rakyat Indonesia. Sebagai contoh radio online yang sedang menjadi trendy saat ini, Spoon-radio online.  

Dengan alat ini kita bisa mendengarkan music-cover maupun baitan-baitan berbentuk syair ataupun puisi. Dan dengan adanya radio online ini kita masih bisa belajar melestarikan/ menjaga sejarah yang membumi pada Indonesia ini.

Dan dengan adanya Spoon-radio-online ini, berhubungan dengan hari peringatan Radio Republik Indonesia, saya sebagai penulis berpikir akan mendukung pemerintah jika salah satu aplikasi radio ini mengadakan banyak events menarik yang memacu para pendengarnya tertarik mengikuti.  

Selain itu, radio yang jadul akan kembali menjadi trendy, jika pihak radio mendatangkan kalangan artis/idola untuk siaran agar pihak pendengar setia maupun yang baru bergabung akan lebih senang dan nyaman dengan kedatangan kalangan idola mereka. Hal ini akan lebih terlihat tidak membosankan dan tentunya meningkatkan rasa kepercaya-dirian rakyat Indonesia untuk mempertahankan sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun