Mohon tunggu...
Dinda Divanca
Dinda Divanca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis Membangkitkan Kreatifitas

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Telat para Dosen Tercinta

17 Februari 2021   18:00 Diperbarui: 17 Februari 2021   18:05 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: nurulhidayah459.wordpress.com

Ketika pemerintah Indonesia dan mentri pendidikan berbondong-bondong untuk meningkatkan kualitas pendidikan di perguruan tinggi, para mahasiswa malah sedang menghadapi masalah sepele namun sangat mengganggu. Apalagi kalo bukan budaya telat para dosen. Membayangkannya saja sudah membuat kesal dan sendi-sendi merasa pegal. Bagaimana bisa dosen selalu membuat mahasiswa menunggu setiap kelas akan berlangsung?

Pada beberapa kasus, para mahasiswa malah menunggu dengan sia-sia. Setelah menghabiskan puluhan menit hingga jam, dosen pengajar tak kunjung datang. Mereka menghilang tanpa kabar dan mengabaikan kelas. Apa karena disini siswa yang butuh mereka untuk menyalurkan ilmu sehingga membuat para dosen merasa superior?

Fenomena ini tentunya sangat berpengaruh pada kegiatan belajar dan mengajar. Rentetan daftar telat dosen juga sedikit banyak mempengaruhi siswa. Mereka jadi memiliki pemikiran, "mengapa harus datang tepat waktu saat dosen yang mengajar saja sudah pasti datang telat".      

Beberapa dari dosen bahkan sudah memiliki label telatnya masing-masing. Seperti, dosen A akan datang 15 menit setelah jam masuk, dosen B akan datang satu jam setelah jam masuk dan dosen C akan mengirim pesan bahwa ia tidak dapat hadir setelah ditunggu hingga jam kelasnya berakhir.

Tentunya, hal ini diikuti dengan pemakluman sebelumnya. Mengingat bahwa seorang pengajar juga pasti memiliki urusan lain yang mungkin mendesak dan mengharuskan mereka untuk meluangkan waktu. Namun, kenapa ini terlihat seperti sesuatu kebiasaan hingga akhirnya terlihat "normal"?

Sebagai mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi, saya mungkin tidak cukup cakap untuk menyampaikan pemikiran mengenai baik atau buruknya sistem pendidikan yang sedang dijalankan sekarang. Tidak juga bisa untuk memberikan masukan mengenai aspek apa yang seharusnya diperbaiki untuk menciptakan system pendidikan yang lebih baik nantinya. Namun, saya bisa dengan baik mengungkapkan keluhan berdasarkan pengalaman saya selama ini.

Saya juga tidak bermaksut untuk menghakimi siapapun, atau mencari-cari kesalahan dari pihak manapun. Kata 'Dosen' disini tentunya tidak mengacu pada semua namun sebagian oknum saja. Sembari menulisnya, lagi-lagi saya bertanya-tanya, "apa yang membuat beberapa dosen ini menjadikan telat sebagai suatu kebiasaan?

Dosen adalah gurunya para mahasiswa. Seperti yang kita ketahui, 'Guru" itu digugu dan ditiru. Maksutnya disini, guru menjadi suri tauladan dan percontohan bagi semua siswanya. Lalu, apa yang bisa dicontoh dari dosen yang hobi telat? Bolehkah kami para siswa juga telat lagi dan lagi lalu meminta pemakluman karena urusan sangat penting yang tidak dapat ditinggalkan?

Peningkatan aspek pendidikan bisa dimulai dengan sesuatu yang sederhana seperti pendisiplinan dosen. Sayang sekali jika kebiasaan telat dosen ini ikut andil dalam pelestarian budaya 'ngaret' (tidak tepat waktu, telat) di negri ini. Alangkah baiknya jika para pihak yang berwenang dalam dunia pendidikan mampu melihat fenomena ini dan mengambil tindakan demi menyudahi budaya telat para dosen yang tercinta ini.

Inilah sedikit pendapat seorang siswa yang ingin menyampaikan unek-unek berdasarkan pengalamannya. Dengan sebuah harapan untuk memiliki kehidupan perkuliahan yang lebih baik lagi tentunya. Oh ya, pandemi sekarang mengalihkan tempat tunggu kami. Tidak lagi di emperan gedung, ataupun dalam kelas. Namun di depan monitor. Ehe.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun