Beberapa tahun belakangan, penggunaan rokok elektrik atau vape semakin populer, terutama di kalangan anak muda. Banyak anak muda yang beranggapan bahwa vape lebih "aman" daripada rokok tembakau, bahkan mereka merasa lebih keren ketika menghisapnya. Padahal, di balik aroma manis dan desainnya yang kekinian, vape menyimpan banyak potensi berbahaya, terutama bagi sistem respirasi/pernapasan. Masyarakat, khususnya generasi muda, perlu memahami bahwa vape bukan hanya "uap biasa". Vape mengandung berbagai zat kimia yang apabila dihirup secara terus-menerus, dapat menimbulkan gangguan pada paru-paru bahkan bisa berdampak buruk ke organ tubuh lainnya. Artikel ini akan mengupas fakta medis terkait dampak penggunaan vape terhadap paru-paru, dilengkapi dengan data ilmiah dan referensi resmi.
Cairan dalam vape (e-liquid) umumnya mengandung bahan-bahan seperti nikotin, propilen glikol, gliserin, dan zat perasa. Ketika dipanaskan, cairan ini berubah menjadi aerosol yang dihirup ke dalam paru-paru. Menurut Kemenkes RI (2022), uap dari rokok elektrik mengandung senyawa berbahaya seperti formaldehida, asetaldehida, dan akrolein, yang dikenal sebagai pengiritasi saluran napas. Formaldehida dapat menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan, dan paru-paru, sedangkan akrolein bisa memicu timbulnya peradangan serta merusak sel-sel pelindung saluran napas. Jika digunakan dalam durasi waktu yang lama, paparan zat ini berisiko menurunkan fungsi paru-paru secara bertahap, menyebabkan batuk kronis dan memicu sesak napas.
Â
Vape Lebih Aman daripada Rokok Konvensional?
Salah satu anggapan umum di masyarakat adalah bahwa vape lebih aman daripada rokok konvensional karena tidak mengandung tar. Namun faktanya, menurut WHO (2022), rokok elektik tetap berbahaya karena menghasilkan partikel halus yang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan menyebabkan kerusakan jaringan. WHO juga menegaskan bahwa tidak ada tingkat penggunaan vape yang benar-benar aman, terlebih bagi remaja dan ibu hamil.
dr. Aiman Alatas, Sp.MK, seorang dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik yang juga merupakan influencer di Instagram dan Tiktok memberikan penjelasan singkat mengenai perbandingan vape dan rokok. Beliau menyatakan bahwa vape maupun rokok konvensional sama-sama berbahaya, baik bagi pengguna aktif maupun pasif. "Vape sama rokok sama-sama berbahaya, tidak ada yang lebih baik. Rokok merusak paru-paru, vape juga. Udah sama-sama bikin sakit, sama-sama berasap, nggak ada ceritanya kalo ngevape/ngerokok itu boleh dimana aja. Jangan di tempat umum, jangan (di tempat) yang ada anak kecil, jangan di ruang publik, karena bahaya. Mau wanginya beda, bodo amat, karena sama-sama bahaya. So, kalau mau ngevape, mau ngerusak diri sendiri, jangan di tempat umum. Jangan merasa vape lebih aman dibanding rokok, seolah-olah boleh ngevape dimana aja. Lain kali kalau mau ngerokok/ngevape, cari tempat yang memang buat ngerokok/ngevape." tuturnya di Instagram @aymanalatas pada Sabtu, 7 Juni 2025.
dr. Aiman menegaskan kembali di caption postingan Instagramnya tersebut bahwa rokok konvensional mengandung ribuan zat kimia beracun seperti tar, karbon monoksida, dan nikotin yang dapat memicu penyakit berbahaya seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan. Sementara perokok pasif juga berisiko terkena asma, bronkitis, atau komplikasi kehamilan. Meskipun vape sering kali dianggap "lebih aman", kandungan nikotin di dalamnya dapat menyebabkan efek adiktif. Paparan asap vape (aerosol) pada perokok pasif juga berpeluang mengiritasi saluran pernapasan dan memengaruhi kesehatan dalam jangka panjang.
Risiko Penyakit Serius Pada Paru-Paru
Vape telah dikaitkan dengan beberapa kasus penyakit paru yang berat, salah satunya adalah EVALI (E-cigarette or Vaping Product Use Associated Lung Injury). Kondisi ini merupakan peradangan paru akut yang muncul akibat penggunaan rokok elektrik. Gejala EVALI bisa berupa sesak napas berat, batuk parah, nyeri dada, bahkan bisa berimplikasi pada kegagalan pernapasan. Kondisi ini dapat memburuk dengan sangat cepat dan memerlukan penanganan medis secara intensif.
Bagaimana dengan Vape Non-Nikotin?