Dalam dunia jurnalistik, dua bentuk tulisan yang sering dijumpai namun kerap disalahpahami adalah editorial dan artikel opini. Keduanya memiliki fungsi penting dalam menyampaikan pandangan, kritik, atau solusi atas berbagai isu yang berkembang. Namun, masing-masing memiliki gaya, tujuan, dan struktur penulisan yang berbeda.
Artikel ini akan mengulas dasar-dasar penulisan editorial dan artikel opini, serta memberikan contoh singkat agar lebih mudah dipahami, terutama bagi jurnalis pemula atau siapa saja yang ingin menekuni dunia tulis-menulis.
Apa Itu Editorial?
Editorial adalah tulisan yang mencerminkan pandangan resmi media massa terhadap suatu isu. Biasanya ditulis oleh tim redaksi atau pemimpin redaksi, bukan atas nama pribadi. Tujuannya adalah mempengaruhi opini publik dengan menyajikan argumen logis dan meyakinkan.
Ciri-Ciri Editorial:
*Ditulis atas nama media, bukan individu.
*Bersifat objektif tapi tetap berpihak (bias pada nilai).
*Mengandung analisis mendalam dan solusi.
*Mengikuti struktur: Pendahuluan -- Penjabaran Masalah -- Argumentasi -- Penutup (Solusi atau Sikap).
Apa Itu Artikel Opini?
Berbeda dengan editorial, artikel opini adalah tulisan yang mencerminkan pendapat pribadi penulis. Artikel ini lebih bebas dalam gaya bahasa dan sudut pandang, meski tetap harus berdasarkan data atau fakta yang kuat.
Ciri-Ciri Artikel Opini:
*Ditulis oleh individu (wartawan, akademisi, tokoh masyarakat, dll.).
*Mengandung opini pribadi yang disertai argumen.
*Sering menggunakan gaya bahasa persuasif atau reflektif.
*Boleh subjektif, selama tetap logis dan bertanggung jawab.
Contoh Editorial Singkat:
Judul: Pemerintah Perlu Tegas Atasi Krisis Pangan
Dalam beberapa bulan terakhir, harga pangan melonjak tajam. Kenaikan ini tidak hanya memberatkan masyarakat miskin, tetapi juga berpotensi memperlemah stabilitas sosial.
Pemerintah memang telah melakukan sejumlah langkah, seperti operasi pasar dan subsidi. Namun, langkah itu belum menyentuh akar persoalan: ketergantungan pada impor dan lemahnya distribusi nasional.
Editorial ini menilai bahwa solusi jangka panjang harus diarahkan pada penguatan produksi dalam negeri, reformasi tata niaga, serta digitalisasi sistem distribusi. Tanpa kebijakan tegas dan konsisten, krisis pangan akan menjadi bom waktu yang merugikan semua pihak.
Contoh Artikel Opini Singkat:
Judul: Saatnya Kita Menghargai Petani Sebelum Terlambat
Setiap hari kita makan nasi, namun apakah kita pernah berpikir tentang siapa yang menanam padi? Petani adalah ujung tombak ketahanan pangan, namun justru sering menjadi kelompok paling terpinggirkan.
Di saat harga pupuk mahal dan cuaca tak menentu, petani tetap bekerja. Sayangnya, kebijakan pertanian sering tidak berpihak pada mereka. Pemerintah seharusnya tak hanya mengatur pasar, tapi juga hadir langsung di sawah.
Menghargai petani tidak cukup dengan ucapan. Kita harus dorong kebijakan yang adil, pembelian hasil tani dengan harga layak, dan perlindungan dari tengkulak. Sebab jika petani punah, kita hanya tinggal menghitung hari menuju krisis.
Baik editorial maupun artikel opini memiliki peran vital dalam membentuk opini publik dan membangun diskursus yang sehat. Dengan memahami struktur dan tujuan masing-masing, seorang jurnalis dapat menulis dengan lebih tajam dan bertanggung jawab.
Menulis bukan sekadar merangkai kata, tapi menyampaikan ide untuk perubahan. Semoga panduan ini bermanfaat bagi Anda yang ingin memperdalam kemampuan menulis editorial dan artikel opini.
Dinda Aidatun Nisa
1MA27
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI