Sub Tema: Siap Ujian, Siap Masa Depan: Pengalaman Ikut Tes Kemampuan Akademik
"Kamu yakin masih sanggup ikut banyak kegiatan eskul dan lomba-lomba itu? Badanmu saja belum pulih sepenuhnya." Pertanyaan itu sudah sering kudengar selama satu semester belakangan ini. Aku hanya tersenyum kecil setiap kali ada yang menanyakan hal itu. Dalam hati, aku tahu sakit kemarin sempat membuatku goyah, tapi justru dari sana aku menemukan alasan yang lebih kuat untuk bangkit.
Aku adalah seorang siswi SMA yang punya mimpi besar. Sejak awal, aku selalu punya tekad untuk melanjutkan pendidikan ke jurusan impian, masuk dalam daftar "eligible" di sekolah, dan tentu saja terus berprestasi dalam kegiatan maupun lomba. Dulu, semangatku seperti api yang tidak pernah padam, seolah tidak ada yang mampu menghentikan langkahku. Namun awal tahun ini, segalanya berubah. Aku jatuh sakit cukup parah, sampai harus bolak-balik rumah sakit, absen terlalu sering, dan akhirnya ketinggalan banyak pelajaran. Rasanya seperti semua usaha yang sudah kubangun runtuh begitu saja dalam sekejap.
Hari-hari setelah aku sedikit membaik justru terasa semakin berat. Nilai ulanganku turun drastis, fokusku berantakan, dan beberapa kali aku gagal mengikuti seleksi lomba karena kondisiku yang belum stabil. Ekstrakurikuler yang kupimpin pun hampir redup karena aku, sang ketua, lebih banyak menghabiskan waktu untuk pemulihan. Semua itu membuatku merasa tidak sekuat dulu. Ada momen ketika aku benar-benar hampir menyerah. Dalam hati aku bertanya, "apa gunanya aku berusaha kalau aku sudah tertinggal sejauh ini?"
Namun titik balik itu datang ketika aku menghadapi Tes Kemampuan Akademik (TKA). Duduk di ruang ujian dengan lembar soal di depan mata membuatku tersadar: semua perjuangan yang pernah kulakukan tidak boleh hilang begitu saja. Meski sempat ada rasa takut, aku juga merasakan semangat yang berbeda. TKA itu seperti cermin yang memantulkan kesiapan diriku untuk menghadapi masa depan.
Sejak saat itu, aku mulai bangkit pelan-pelan. Tidak ada yang instan, semuanya harus bertahap. Setiap pagi aku membuat daftar kecil berisi target harian: berapa soal yang harus kuselesaikan, materi apa yang harus kureview, dan bagian mana dari persiapan lomba yang bisa kulatih. Aku belajar untuk menerima bahwa progres sekecil apa pun tetaplah kemajuan. Bahkan meski hanya bisa menambah satu halaman catatan atau menyelesaikan lima soal latihan, itu berarti aku sedang melangkah maju.
Menjelang ujian berikutnya, aku membiasakan diri mengerjakan soal-soal latihan, mencoba strategi manajemen waktu, dan mengulang materi yang sempat tertinggal. Proses itu tidak selalu mulus, kadang aku merasa lelah, kadang juga hasil latihan tidak sesuai harapan. Tapi aku tetap berusaha konsisten. Akhirnya, saat menghadapi TKA kedua, aku benar-benar merasa lebih siap dan lebih percaya diri.
Dari pengalaman itu, aku sadar bahwa semangat bukan berarti tidak pernah jatuh. Semangat justru lahir dari kemampuan untuk bangkit setiap kali terjatuh. Aku memang pernah down, tapi aku juga tahu bagaimana rasanya berdiri lagi setelah hampir menyerah.
Mimpi-mimpiku tidak pernah berubah. Aku masih ingin kuliah di jurusan yang kucita-citakan, masih ingin namaku masuk daftar eligible, dan masih ingin terus berprestasi dalam lomba maupun kegiatan sekolah. Bedanya, kini aku melangkah dengan lebih dewasa. Aku mengerti bahwa jalan menuju mimpi tidak pernah mulus. Akan selalu ada tantangan, hambatan, bahkan sakit yang mungkin membuatku berhenti sejenak. Namun aku percaya, setiap ujian baik ujian akademik maupun ujian kehidupan adalah kesempatan untuk melatih ketangguhan diri.
Di titik ini aku semakin mengerti makna "Aspirasi Pendidikan Bermutu Untuk Semua." Pendidikan yang bermutu bukan hanya soal fasilitas atau nilai, tapi juga tentang keberanian menghadapi rintangan. Aku ingin semua siswa, termasuk diriku, merasakan bahwa pendidikan bisa menjadi jembatan untuk masa depan yang lebih baik, meski jalannya tidak selalu mudah.
Sakit pernah membuatku terhenti, tapi tidak pernah membuatku menyerah. Aku belajar bahwa semangat sejati tidak lahir dari kemenangan besar, melainkan dari keberanian untuk terus mencoba walau sempat terjatuh. Setiap usaha kecil yang kulakukan hari ini, meskipun tampak sederhana, adalah pondasi besar bagi masa depan yang kuimpikan.