Mohon tunggu...
Dinar AnnastaNaja
Dinar AnnastaNaja Mohon Tunggu... Nutrition Educator

Nutrition Educator (S.Gz.)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Banyak Kasus Keracunan MBG: Bagaimana Peran Food Safety di Sekolah?

1 Oktober 2025   23:07 Diperbarui: 1 Oktober 2025   23:07 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Program MBG, B-nya Bergizi atau Beracun?

Begitulah sindiran warganet setelah kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) banyak terjadi di berbagai sekolah dan daerah. Kepala BPOM menyatakan selama Januari -  September 2025 terdapat 103 kasus MBG dengan total siswa yang mengalami kercaunan lebih dari 9.089 anak di 28 Provinsi. Banyak faktor yang membuat makanan bisa berbahaya. Terdapat rantai panjang yang rawan celah. Makanan basi karena penyimpanan yang tidak tepat, alat masak tidak bersih, kontaminasi saat proses produksi, hingga tangan yang tidak dicuci sebelum menyentuh makanan. Kasus-kasus ini menimbulkan pertanyaan serius: apakah distribusi makanan gratis sudah cukup menerapkan aspek keamanan pangan dan kebersihan diri termasuk di sekolah?

Food Safety: Tidak Hanya Urusan Dapur

Selama ini, kasus keracunan banyak dihubungkan dengan keamanan pangan di dapur penyedia MBG. Benar, dapur yang higienis dan proses masak yang aman adalah kunci. Namun, risiko kontaminasi tidak berhenti di sana. Setelah makanan sampai di sekolah, rantai keamanan pangan masih berlanjut.

  • Penyimpanan: makanan bisa basi jika datang pagi tapi baru dimakan siang, apalagi tanpa pendingin.

  • Distribusi: wadah terbuka membuat makanan rentan terkena debu, serangga, atau tangan yang tidak bersih.

  • Kebiasaan murid: Personal hygiene seperti kebiasaan cuci tangan yang kurang

  • Lingkungan makan: meja yang tidak dibersihkan, minim tempat cuci tangan, atau tidak ada air mengalir dan sabun yang memadai.

Menurut data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2022, sekitar 38,9% outbreak keracunan pangan di Indonesia terjadi di institusi pendidikan atau sekolah, angka ini menempati urutan kedua setelah rumah tempat tinggal. Data tersebut merupakan kondisi sebelum ada berbagai kasus  keracunan MBG. Kini, dengan banyaknya kasus keracunan pada siswa penerima MBG, seharusnya menjadi pengingat keras bahwa keamanan pangan di sekolah sangat penting.

Pentingnya Edukasi Personal Hygiene dan Keamananan Pangan di Sekolah

Sayangnya, hingga kini belum ada program edukasi khusus MBG di sekolah terkait personal hygiene dan keamanan pangan. Padahal kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan sebelum makan menggunakan air mengalir dan sabun sangat penting ditanamkan. Sebelumnya, BPOM telah memiliki program PJAS Aman (Pangan Jajan Anak Sekolah Aman) yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa, guru, dan pengelola kantin tentang pentingnya keamanan pangan. Program ini dapat diadaptasi sebagai basis edukasi khusus MBG alternatif atau basis pengembangan edukasi khusus untuk program MBG, dengan beberapa penyesuaian agar relevan dengan konteks MBG dan kapasitas sekolah.

Edukasi dapat dimulai dari hal-hal sederhana seperi:

  1. Cuci tangan di waktu kritis, sebelum makan, setelah dari toilet. 

  2. Kenali tanda makanan basi, bau asam, rasa aneh, tekstur berlendir.

  3. Guru sebagai role model,  memberi contoh kebiasaan bersih dan mengingatkan murid.

  4. Sekolah sebagai pusat literasi pangan, edukasi bisa dikemas lewat poster, permainan, atau demo sederhana.

Bayangkan jika guru dan siswa mampu mengenali tanda makanan yang tidak layak, misalnya bau asam, tekstur berubah, atau warna tak normal, keracunan MBG bisa dihindari sebelum makanan benar-benar dikonsumsi.

Keamanan Pangan dan Kesehatan Lingkungan di Sekolah: Saling Berkaitan

Masalah keamanan pangan di sekolah tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan. Tanpa air mengalir dan sabun, anjuran cuci tangan hanya jadi wacana. Tanpa tempat sampah tertutup, sisa makanan bisa jadi magnet berbagai bakteri.

Program MBG seharusnya berjalan berdampingan dengan perbaikan fasilitas lingkungan sekolah, seperti:

  • Menyediakan tempat cuci tangan yang layak,

  • Memastikan ruang makan bersih dan memiliki ventilasi baik

  • Mengelola limbah makanan agar tidak mencemari lingkungan.

  • Edukasi personal hygiene dan keamanan pangan secara berkala dan berkelanjutan

Dengan begitu, MBG dapat berjalan dengan mempertahankan tujuan gizi yang juga aman secara lingkungan. Tanpa keamanan pangan dan perilaku hidup bersih, program ini bisa berbalik menjadi bumerang. Sudah saatnya pemerintah, sekolah, guru, dan siswa bersama-sama memastikan MBG benar-benar aman, sehat, dan bergizi.

Referensi:

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2022). Laporan Tahunan Badan POM Tahun 2022. Jakarta: Badan POM.

Idrus, D. A., & Agustina, D. R. (2024). Analisis Efektivitas Program Pangan Jajanan Anak Sekolah Aman dalam Perubahan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Anak Sekolah di Sulawesi Tenggara. Eruditio: Indonesia Journal of Food and Drug Safety, 4(2), 145-157.

Badan POM. (2023). Sosialisasi Keamanan Pangan: Edukasi PJAS Aman di Sekolah dan Madrasah di Wilayah Jakarta Barat. Diakses dari: https://jakarta.pom.go.id/berita/sosialisasi-keamanan-pangan-edukasi-pjas-aman-di-sekolah-madrasah-di-wilayah-jakarta-barat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun