Yang dibutuhkan dia saat ini hanyalah seorang teman. Teman untuk mendengarkan keluh kesahnya. Teman untuk mendengarkan unek-uneknya. Ya, teman yang berfungsi sebagai pendengar. Ya, itu saja.
Maka, sore ini, aku pun hanya diam dan mendengarkan. Dengan kerendahan hati, aku mendengarkannya. Kucopot earphone dari telingaku. Kuhentikan detik jam di dinding. Kutunda mengupas bawang. Ya, pokoknya, aku rela menahan hasrat.
Mengudap pisang goreng perlahan dan disusul dengan menyeruput teh hitam adalah aktivitasku saat ini. Selain itu, mendengarkan suaranya yang merdu. Semerdu suara singa yang sedang mengaduh kesakitan. Ya, aku hanya mendengarkan.
Mendengarkan. Mendengarkan. Hanya mendengarkan selama satu jam. Kemudian, durasi bertambah tanpa pernah kami sadari. Tahu-tahu saja, aku sudah mendengarkan penuturan temanku sejak SD itu dengan penuh ketabahan selama kurang lebih lima jam, akhirnya....
Diam-diam aku mendengarkan dengan seksama dan cermat. Akan tetapi, sesungguhnya tidak demikian dengan pikiranku. Pikiranku melayang jauh entah kemana, pokoknya selama dia tak tahu, pikiranku bebas mengembara. Ya, hal itu karena dia hanya memintaku untuk mendengarkan....
So, tak sulit, bukan untuk meluangkan waktu hanya sekadar mendengarkan?