Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Pegang Kendali Perfilman Nasional

5 Mei 2017   00:15 Diperbarui: 10 November 2017   13:00 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto sumber: esqlife.com)

Bulan April yang lalu Indonesia memperingati hari kelahiran  Raden Ajeng Kartini sebagai salah seorang srikandi yang mengharumkan bangsa Indonesia di dunia pendidikan. Pemikiran seorang Kartini yang hidup pada akhir abad XIX, ternyata masih tetap aktual hingga era post modern ini.  

Sebulan sebelumnya, Indonesia dan berbagai negara di dunia merayakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap tanggal 8 Maret. Hal ini terasa semakin semarak, dengan digelar beragam even bertemakan perempuan.

Srikandi dalam kisah Mahabharata digambarkan sebagai seorang wanita yang diasuh dan dibesarkan seperti laki-laki, sedangkan dalam kisah pewayangan Jawa merupakan seorang prajurit wanita yang menjadi suri tauladan karena kemahirannya di medan perang.

Kisah mengenai wanita atau para srikandi Indonesia beberapa di antaranya sudah diangkat ke dalam film layar lebar meskipun belum banyak, seperti Kartini  sempat diproduksi dengan tiga versi berbeda. Produksi film Kartini terbaru yaitu pada 2017, dibintangi Dian Sastrowardoyo begitu menarik perhatian masyarakat.

(foto sumber: 21cineplex.com)
(foto sumber: 21cineplex.com)
Masih ada lagi judul Athirah produksi Miles Film, dan film fenomenal Tjoet Nja’ Dhien yang disutradarai oleh Eros Djarot pada tahun 1988.

Selain para srikandi layar lebar, ada pula srikandi Indonesia yang turut berperan dalam perkembangan dunia perfilman Tanah Air namun berada di belakang layar. Sebut saja nama Mira Lesmana, produser dan sutradara yang banyak menelurkan film dengan suguhan sinematografi yang apik dan kisah yang menggugah. Debutnya ditandai dengan film Kuldesakdan Petualangan Sherinatahun 1998 dan 2000, dianggap sebagai tonggak kebangkitan film Indonesia setelah mati suri.

Kita juga mengenal nama Nia Dinata, sutradara dan sineas wanita yang menggubah film-film bertemakan isu sosial yang dialami wanita Indonesia masa kini seperti Berbagi Suami dan Arisan.

Selain  dua nama yang sudah kita kenal di atas, tentu masih banyak nama perempuan punya kontribusi dan prestasi di dunia perfilman tanah air. Komik atau Kompasianers Only Movie enthu(I)ast Klub bareng Danamon, akan mengadakan acara Diskusi dilanjutkan Nobar.

Acara yang akan diadakan  pada 6 Mei 2017, menghadirkan tokoh-tokoh wanita lainnya yang juga berkpirah dalam dunia perfilman. Mereka adalah Swastika Nohara, yang menjadi penulis skenario untuk film Tiga Srikandi, dan Balda Fauziyah, yang mengelola blog berisi ulasan film-film nasional dan mancangera di ulasanfilm21.com.

Meski skenario film yang ditulis Swastika Nohara memiliki judul “Tiga Srikandi”, ternyata jalan ceritanya bukan tentang Srikandi tokoh dalam dunia pewayangan. Film ini diangkat dari kisah nyata, tentang tiga atlet panahan putri Indonesia yang berjaya di ajang Olimpiade tahun 1988. Cabang Panahan merupakan penyumbang medali pertama bagi Indonesia di ajang bergengsi dan berkelas dunia.

Karena jalan cerita diangkat dari kisah nyata, tentu yang musti sangat diperhatikan adalah akurasinya. Wajib melakukan riset dan survei secara mendalam, dengan berdialog langsung kepada tokoh yang akan dituliskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun