Mohon tunggu...
Dina Arista
Dina Arista Mohon Tunggu... Administrasi - https://instagram.com/dnrista?igshid=1qru603cwcz4p

Hai🌻

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Malioboro

16 April 2021   10:21 Diperbarui: 16 April 2021   10:26 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Apabila anda ingin melakukan tamasya ke kota "Yogyakarta", apa destinasi pertama yang terlintas dalam benak anda ketika menyusun daftar wisata? Pastilah  Malioboro. Berdasarkan laman web www.nativeindonesia.com pada tahun 2021, Malioboro termasuk dalam 20 destinasi wisata paling populer di Yogyakarta.
Siapa yang belum pernah mendengar tempat bernama Malioboro? Walaupun belum memiliki kesempatan untuk mengunjunginya, seseorang pasti mengetahui tempat ini dari cerita atau rekomendasi banyak orang. Banyak orang yang menyatakan bahwa belum ke Yogyakarta kalau belum jalan-jalan atau sekedar duduk-duduk di kawasan Malioboro.
Kawasan Malioboro terletak di tengah-tengah Kota Yogyakarta. Maka dari itu, terdapat kawasan yang dinamakan "Titik Nol Kilometer" di ujung selatan Jalan Malioboro. Kawasan ini sangat mudah di akses dengan berbagai macam kendaraan, kurang lebih 30 menit dari Bandar Udara Adisudjipto, dan terletak bersebelahan dengan Stasiun Tugu.
Sebelum memaparkan mengenai pesona Malioboro lebih jauh, mari kita kilas balik mengenai sejarah penamaan dari Malioboro itu sendiri. Banyak orang yang mengira bahwa penamaan Malioboro diambil dari kata "Marlborough" yang berasal dari "1st Duke of Marlborough". Gelar tersebut disematkan pada jendral terkenal asal Inggris, John Churchill. Apabila di amati sekilas, memang terlihat sama. Namun, hal tersebut telah disanggah oleh Dr. O. W. Tichelaar lewat tulisannya yang berjudul "The Derivation from Sanskrit of the Streetname Malioboro in Yogyakarta" yang dikutip dari jurnal "Dari Jalan Kerajaan Menjadi Jalan Pertokoan Kolonial: Malioboro 1756-1941" karya Siti Mahmudah Nur Fauziah. Tichelaar dalam tulisanya tersebut mengemukakan bahwa Jalan Malioboro terlalu penting (vital) apabila diberi nama oleh seseorang yang berdarah inggris, dimana merupakan orang asing di mata masyarakat Jawa.
Peter Carey yang merupakan sejarawan inggris, dalam bukunya yang berjudul "Asal Usul Nama Yogyakarta - Malioboro", mengutip pernyataan Tichelaar yang menerangkan bahwa nama Malioboro sebenarnya memiliki keterkaitan dengan bahasa Sanskerta, yakni "malya" yang memiliki arti untaian bunga. Nama Malioboro berasal dari kalimat "dihiasi untaian bunga" yang disebut dengan mlyabhara.
Malioboro adalah kawasan yang masuk ke dalam sumbu filosofis Yogyakarta. Jalan ini memiliki bentuk garis yang membentang lurus yang menghubungkan antara Gunung Merapi (utara), Keraton Yogyakarta (tengah/pusat), dan Laut Selatan (selatan). Sebagai penghubung dari garis filosofis tersebut, Malioboro ternyata menyimpan makna yang mendalam, yaitu sangkan paraning dumadi atau asal dan tujuan hidup. Mengutip dari Buku Profil Yogyakarta "City of Philosophy" karya Umar Priyono dkk., dipaparkan bahwa dari Panggung Krapayak menuju Keraton Yogyakarta dimaknai sebagai perjalanan manusia, mulai dari kandungan, lahir, beranjak dewasa, menikah, memiliki anak, lansia, hingga sangkaning dumadi atau hendak menghadap Sang Khalik.
Jalan Malioboro apabila dilihat dari sejarah yang tercatat pada beberapa sumber pustaka yang ada, diperkirakan ada sebelum Keraton Yogyakarta terbentuk pada 7 Oktober 1756. Jalan yang membentang dari arah utara menuju selatan tersebut menjadi jalan penghubung menuju Pesanggarahan Gerjitawati atau yang biasa disebut dengan Ayodhya. Pada saat ini, tempat tersebut diperkirakan telah menjadi lokasi dari istana Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Jalan tersebut sering dilalui oleh rombongan Kerajaan Mataram Islam yang membawa jenazah raja ataupun keluarga kerajaan sebelum dimakamkan di kompleks makam raja-raja imogiri.
Kawasan Malioboro merupakan suatu tempat dimana kita dapat merasakan serta melihat secara langsung harmoni yang diciptakan dari campuran berbagai macam aspek yang berbeda dengan sangat indah. Malioboro mengandung banyak sekali nilai. Diantaranya nilai budaya, dan nilai sosial yang sangat kental, namun kawasan ini tetap dapat berkembang tanpa tertinggal arus modern yang ada.
Di kawasan malioboro ini, para wisatawan dapat mengunjungi berbagai tempat serta berbelanja aneka makanan khas diantaranya bakpia, gudeg, getuk; pernak-pernik; batik, dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan kawasan malioboro ini dikelilingi oleh lokasi sentra baik kuliner maupun wisata.
Wisatawan yang ingin mencari barang-barang tradisional; makanan khas; maupun oleh-oleh khas Yogyakarta dapat berkunjung ke Pasar Beringharjo. Berbagai macam barang dijual di pasar yang kerap pula disebut dengan nama "Pasar Gedhe" dengan harga yang murah. Anda bisa merasakan sensasi belanja di pasar tradisional Kota Yogyakarta yang penuh dengan keramahan.
Bagi anda yang senang berfoto-foto ria untuk diunggah di sosial medianya, mungkin anda dapat mampir ke Tugu Pal Putih dan Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang terletak tidak jauh dari Malioboro. Tugu Pal Putih terletak di utara jalan malioboro. Tugu tersebut merupakan sebuah tugu atau monumen yang merupakan  simbol atau lambang dari Kota Yogyakarta. Tugu ini terletak di perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Margo Utomo. Sedangkan Titik Nol Kilometer Yogyakarta merupakan pusat Kota Yogyakarta yang berada di sebelah selatan dari Jalan Malioboro.
Anda ingin berwisata edukasi sejarah? Tenang, di kawasan Malioboro juga terdapat 3 museum, diantaranya Museum Benteng Vredeburg, Museum Sonobudoyo, dan Museum Kereta Kencana yang dapat anda kunjungi. Harga tiket masuknya pun terjangkau, hanya 3000 rupiah per orang. Anda dapat mengetahui sejarah Kota Yogyakarta di Museum Sonobudoyo, kereta yang digunakan oleh keraton dari masa ke masa di Museum Kereta Kencana, hingga peristiwa yang berhubungan dengan kemerdekaan di Museum Benteng Vredeburgh.
Ingin menikmati senja di pusat Kota Yogyakarta sambil bercengkrama? Alun alun utara dan selatan dapat anda jadikan opsi sebegai tempat yang sangat nyaman untuk duduk duduk bersantai di sore hari. Di alun alun selatan juga tersedia berbagai jajanan yang siap menemani sore anda. Ketika matahari telah tenggelam, keindahan senja di alun alun selatan tergantikan dengan indahnya kemerlap lampu yang berasal dari sepeda hias. Anda juga dapat merasakan sensasi menaikinya hanya dengan 15.000 rupiah saja sebagai biaya sewa mengelilingi alun alun.
Selain itu, apabila anda ingin merasakan wisata religi, anda dapat mengunjungi Masjid Gede Kauman yang terdapat tak jauh dari kawasan sentra Malioboro. Lokasinya terdapat di Kauman, Yogyakarta sekitar 5 menit dari alun alun utara.
Tak lupa, di ujung Jalan Malioboro, juga terdapat Istana Kepresidenan Yogyakarta atau yang dikenal dengan Gedung Agung. Lokasinya berada di Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta. Anda tidak diperkenankan masuk, namun anda dapat mengambil foto dari luar pagar jika menginginkan berfoto di lokasi tersebut.
Lapar setelah berwisata di berbagai tempat tersebut? Tenang, anda dapat pergi ke lokasi sentra gudeg yang terdapat di Jalan Wijilan. Lokasinya 5 menit dari Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta. Disana anda dapat memanjakan lidah dengan manis dan legitnya gudeg dan pedasnya sayur krecek. Dahulu anda hanya dapat menikmatinya ditempat, dan tidak dapat dijadikan oleh oleh, karena masa ketahanan makanan ini. Namun, kini anda dapat membuskusnya untuk orang tercinta, dikarenakan gudeg ini sudah tersedia dalam kemasan kaleng.
Untuk mengelilingi berbagai wisata tersebut, anda dpaat berjalan kaki ataupun menaiki sepeda motor sewaan. Namun, agar lebih "afdol" rasa Jogjanya, anda dapat menggunakan becak ataupun andong yang tersedia di sepanjang Jalan Malioboro.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun