Mohon tunggu...
Dina Syntia
Dina Syntia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa IAIN Langsa

Yakin Pasti Bisa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Pemuda Milenial

13 April 2021   13:44 Diperbarui: 13 April 2021   13:48 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah generasi milenial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut berasal dari milennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Srtauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Milenial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Secara harfiah memang tidak demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini.

Kaum generasi milenial pada umumnya yang lahir dari rentang tahun 1984-2000, termasuk dalam tahun lahir saya, keberadaannya sangat diperbincangkan saat ini. Banyak orang yang menyebutnya kids zaman now, yang dimana teknologi sudah sangat berkembang saat ini dan terus berkembang bahkan hampir semua kegiatan kia tidak lepas dari peranan teknologi. Contohnya dalam dunia pendidikan adalah pengisian formulir online dan pendaftaran online, bimbingan belajar online, kuliah online, dll. Yah.. keuntungan perkembangan teknologi tersebut sudah sering dan biasa kita dengar tapi ada dampak yang lebih ekstrim contohnya generasi sekarang biasanya menghabiskan waktu bersama “smartphone” mereka rata-rata 5,5 jam perhari. Apa saja yang mereka lakukan bersama samrtphone mereka selama itu? Buka instagram, youtube, facebook, main game.

Kenapa saya menyinggung masalah ini? Apa hubungannya dengan judul essai saya “Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Pemuda Milenial”. Saya mengambil masalah ini karena perilaku-perilaku tersebut adalah perilaku yang merusak “Jiwa Nasionalisme”. Kita sebagai Pemuda-pemudi tentunya harus memiliki pendirian dan pola pikir yang cemerlang yang baik untuk memutuskan dan memilih suatu tindakan, berpikir sebelum berbicara dan bertindak, jangan lah bertindak lalu berpikir. Tetapi sekarang ini nilai tersebut satu persatu hilang karena adanya pengaruh globalisasi. Tentunya sangat banyak kebaikan yang dapat kita peroleh dari globalisas. Globalisasi dapat memudahkan dan mempercepat kita dalam berinteraksi. Namun globalisasi juga memiliki dampak buruk, di antaranya adalah informasi yang terlalu banyak tanpa disaring terlebih dahulu, peniruan gaya kehidupan orang luar negeri, mulai dari budaya, cara berpakaian, bersikap, dan berbicara.  Memang tidak bisa dipungkiri pasti selalu ada yang berubah pada setiap diri individu dari zaman ke zaman tapi seharusnya perubahan itu kearah yang lebih baik dan sifat karakter pemuda-pemudi saat itu seharusnya semakin kuat dan dipertahankan.

Dari penjelasan yang saya jelaskan di atas, disini saya akan bercerita tentang peran kita sebagai pemuda agar kita tau. Seperti apa sih peranan kita sebagai pemuda? Banyak dari sebagian pemuda kita tidak menyadari bahkan mengetahui apa peran mereka. Padahal mereka memiliki peranan yang sangat penting, sehingga hanya mereka lah yang bisa menentukan masa depan dari bangsa. Dunia saat ini sudah move on dari zaman kuno, dan memasuki era milenial dimana era ini disebut sebagai masa dimana teknologi berkembang dengan pesat dan menjadi sebuah gaya hidup bagi para generasi di dalamnya.

Di era ini dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan juga semakin tinggi sehingga menuntut kualitas dan kinerja manusianya untuk lebih ditingkatkan. Pemuda harus mampu beradaptasi dengan cepat, belajar, dan menjadi lebih baik serta melakukan navigasi yang lincah dan tepat agar dapat memecahkan setiap masalah.

Perkembangan Teknologi membuat kita dapat menerima dan mendapatkan informasi dengan mudah sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita merasa kurang pengetahuan dari generasi muda. Dan kenapa tadi saya sebut ekstrim di paragraf kedua? Saya sebut ekstrim karena perilaku tersebut bisa merusak mental dan karakter kita secara perlahan bahkan kesehatan.. waww berat yahh dampak ekstrim ini sering sekali kita lihat zaman sekarang. Hampir setiap sudut tempat, rata-rata orang fokus kepada samrtphone mereka, bahkan tidak mempedulikan keadaan sekitarnya sehingga jiwa sosial semakin rendah, ibadah pun terabaikan, hubungan antar keluarga dan masyarakat semakin renggang, kewajiban belajar terabaikan.

Di satu sisi keberadaan medsos dapat membantu pemuda bangsa mengembangkan keterampilan, komunikasi berteman, mengejar bidang minat, dan berbagi pemikiran ide. Namun di satu sisi  medsos memiliki dampak buruk bagi jiwa nasionalisme pemuda bangsa termasuk penyakit mental. National Institute Of Mental Health melaporkan bahwa penggunaan medsos dapat meningkatkan risiko gangguan mental pada remaja usia 18-25 tahun. Akibatnya adalah ketika pemuda menganggap hal-hal negatif yang terjadi di medsos sebagai hal yang lumrah dan “risiko” dari bermain medsos. Jika hal ini diseriuskan dapat menimbulkan masalah yang lebih serius lagi. Bukan tak mungkin pemuda menjadi korban penganiayaan di online justru malah melakukan hal yang sama kepada orang lain. Menggunakan medsos dengan cara yang cerdas salah satunya adalah adalah upaya membentengi diri dari dampak negatif terhadap kesehatan mental. Jadi kita sebagai pemuda bangsa indonesia sebaiknya lebih berhati-hati dalam menggunakan smartphone, gunakan lah sebaik mungkin karena majunya bangsa kita ini adalah karena kita yaitu pemuda-pemudi indonesia. Seperti yang di ungkapkan oleh Bung Karno yang mengatakan “beri aku 10 pemuda, maka akan kugoncangkan dunia ini”.

Lihat betapa tinggi harapan  Bung Karno pada pemuda saat itu, apakah pemuda zaman sekarang bisa dan mampu memiliki tanggung jawab yang besar dan sama?

Saya rasa bapak proklamasi indonesia begitu optimis dengan para pemuda indonesia untuk menjaga NKRI dan memajukan bangsa indonesia dengan melihat semangat para pemuda dikala itu. Beliau tidak ragu sedikitpun dengan pemuda-pemudi indonesia. Ternyata emang benar pemuda zaman milenial sekarang kurangnya jiwa nasionalisme.

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa. Sikap dan perilaku nasionalisme yang harus dimiliki kita sebagai warga indonesia. Seperti mematuhi aturan yang berlaku, mematuhi hukum negara, melestarikam budaya indonesia. Jadi secara umum, arti Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. Nasionalisme bukan lah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini.

Dapat dilihat dari kampung saya sendiri telah disampaikan kepada salah satu orang tua yaitu ketua pemuda, beliau berkata “Jangankan untuk membentuk suatu kegiatan remaja masjid untuk berkumpul saja mereka susah” sebenarnya suatu kegiatan remaja masjid itu memang diwajibkan ada dalam setiap kampung. Tapi mengingat kembali kurangnya kekompakan dan kebersamaan sulit untuk dibentuk nya suatu kegiatan. Bagaimana kampung ini ingin maju, ingin terkenal kalau untuk berkumpul saja susah, maju nya kampung ini ada ditangan kita semua yaitu pemuda-pemudi milineal. Dan membangun jiwa nasionalisme kita dapat menjadikan kampung kita lebih maju dan berinovasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun