Mohon tunggu...
Dimas Saputra
Dimas Saputra Mohon Tunggu... -

a simple man with a simple lough

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ah Malaikat Itu...

21 Juli 2010   16:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:42 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

saat sebuah bintang melintasi bumi malam ini, seorang lelaki paruh baya berpikir dalam hati. dia berpikir soal kapan dia akan mati dan dapat terbang menyusul bintang yang baru saja melintas. lelaki paruh baya itu berpikir, mati adalah kebebasan, mati adalah keterlepasan akan ambang batas dalam kekangan tubuh dalam logika materi. dalam pikiran lelaki separuh baya itu, ketika roh-nya tercerabut dari tubuh, dia senantiasa dapat melayang dan terbang mengikuti jejak bintang, namun apa tujuannya dia sendiri tidak memahami. dalam akal pikirannya, dia hanya ingin terbang bebas mengitari semesta. bukan untuk mencari sesuatu, hanya tamasya pikirnya. tamasya keliling semesta adalah hal yang tidak pernah dia dapat sanggupi sepanjang hidupnya. dia kaya, hartanya berlimpah, tapi sayang kesehatannya payah.

sebenarnya, dia bisa saja menyewa sebuah pesawat NASA untuk keliling semesta, tapi entah hatinya menolak. dia hanya ingin berkeliling semesta dengan sayapnya. merasakan sensasi ketika kaki perlahan melepaskan jejak dari tanah. entah apa yang ada dipikirannya, dia hanya ingin terbang dengan tenaganya, seperti burung. sebuah kenyataan yang sulit dia raih sepanjang usianya.

dalam suatu malam ketika mata terpejam, lelaku separuh baya bermimpi sesosok malaikat datang menghampirinya dan berjanji akan mengajaknya terbang jika dia mau bertemu dimimpi barang dua atau tiga kali lagi dengan malaikat itu. di malam berikutnya, si lelaki berusaha tertidur dengan pikiran bahwa malam ini dia akan bermimpi lagi bertemu malaikat dan dia tinggal menunggu dua kali mimpi lagi agar dapat diajak sang malaikat terbang mengejar bintang dan mengelilingi semesta. namun, malam itu dia tidak bermimpi soal malaikat, akan tetapi soal gembala kecil yang sedang menemani dombanya mencari makan disebuah padang rumput.

di malam kedua, si lelaki paruh baya mencoba tidur lagi dan berharap dapat bertemu malaikat malam ini karena malam sebelumnya dia sudah gagal. akan tetapi malam ini dia hanya bermimpi mengenai seorang gadis kecil yang menjual apel-apel kualitas rendahan di sebuah gerbong kereta ekonomi. ini kali kedua si lelaki kecewa karena tidak bermimpi bertemu sang malaikat.

di malam ketiga, dia berdoa pada Tuhannya dan meminta dengan tulus agar malaikat mengunjunginya dalam mimpinya malam ini. lalu dia minum obat tidur dosis sedang agar terlelap. perlahan rasa kantuk mendera dan dia tertidur dengan pulas sampai dia bangun keesokan harinya dan menyadari bahwa dia tidak bermimpi apa-apa. rasa marah dan kesal datang tiba-tiba. bahkan Tuhan baginya bukan apa-apa saat itu.

di malam keempat si lelaki separuh baya justru sama sekali tidak ingin tertidur. dia minum berbagai macam minuman berenergi agar matanya selalu terbuka. dia terdiam disudut jendela, sesekali mengerling keatas melihat bintang. sayangnya, saat itu hujan, bintang tak terlihat. dalam hati dia bertanya soal apa mungkin sang malaikat itu pembohong. sepuluh menit berlalu dan dia meyakinkan dirinya bahwa memang benar malaikat itu pembohong. sosok putih yang bercahaya itu hanya onggokan kebohongan yang tak terbantahkan. kemudian, dia putuskan untuk tidur.

**

si lelaki paruh baya sedang terbang melayang. punggungnya bersayap putih dan bercahaya. didepannya terdapat bintang yang berpendar ringan dan ia sadari bahwa bintang itu sedang dia kejar. lelaki paruh baya itu terbang dengan gesitnya melampaui kecepatan pesawat jet buatan rusia. di berputar mengelilingi semesta dan disampingnya sesosok tubuh bercahaya menemaninya. dia sang malaikat, bukan pembohong, dia kebenaran. si lelaki separuh baya memandang si malaikat tanpa melihat ke depan. lalu, kepalanya berhadapan dengan bongkahan besar bintang dan aaah.

mata terbuka, kepalanya pusing serasa terbentur benda yang begitu keras. mungkin akibat terlalu banyak minum minuman berenergi. si lelaki paruh baya terbangun dalam pagi, mendapati tubuhnya berkeringat cukup banyak. dia tersenyum,. lalu berkata "ah, malaikat itu, tepat janji saat saya katakan dia pembohong, mungkin dia terdesak, takut makin hilang kepercayaan. malaikat, fiiuuuuhhhh"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun