Mohon tunggu...
Humaniora

Pendidikan Kewarganegaraan Tidak Penting?

20 November 2017   22:15 Diperbarui: 20 November 2017   22:30 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Pendidikan kewarganegaraan ini sudah mulai diajarkan sejak usia dini atau sejak di bangku sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi sekalipun.

            Bagi sebagian orang, Pendidikan kewarganegaraan adalah hal yang membosankan. Mungkin kita pernah berpikir bahwa untuk apa kita mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kenegaraan sedangkan tujuan hidup kita tidak pada bidang tersebut? Mengapa pula kita harus mengetahui seluruh isi Undang-Undang yang berlaku di Indonesia? Jika kita adalah bangsa Indonesia, mengapa kita harus mengetahui bentuk dan sistem pemerintahan negara lain?

            Pemikiran tersebut ternyata salah. Pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu sarana untuk menumbuhkan semangat menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni.

            Memang benar bahwa kita harus terfokus pada satu tujuan hidup kita dan menekuninya. Tetapi jika kita terus memakai pemikiran bahwa kita harus terfokus pada satu bidang yang akan kita tekuni nantinya, maka kita akan kehilangan manfaat yang ada dalam bidang yang lainnya dan nantinya justru akan menimbulkan dampak buruk bagi kita. Ibarat meskipun kita memiliki indera penciuman yang tajam, tetap saja kita tidak akan bisa menikmati keindahan pelangi tanpa adanya indera penglihatan.

            Jika kita memiliki bakat dalam intelektual yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan semangat nasionalis maka semuanya akan percuma. Bakat yang kita miliki tidak dapat kita gunakan dengan maksimal demi nama baik bangsa tetapi justru malah akan menghancurkannya.

            Pelajaran dalam pendidikan kewarganegaraan tidak melulu soal Undang-Undang yang banyak dan dapat membuat kita jenuh untuk menghafalkannya. Apa yang tertulis dalam Undang-Undang sebenarnya tidaklah penting. Tetapi yang paling penting dari semua Undang-Undang tersebut adalah bagaimana kita memahaminya dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Karena jika terdapat sebuah peraturan tertulis maupun tidak tertulis, jika peraturan tersebut tidak ada yang mematuhi maka peraturan tersebut hanyalah omong kosong belaka.

            Dalam pembelajarannya, kita dapat mengetahui bahwa dunia ini terdiri dari banyak negara yang memiliki bentuk dan sistem pemerintahan yang berbeda-beda. Mulai dari bentuk negara federal, kesatuan, konfederensi, netral, gabungan negara merdeka, terpecah, protektorat, kecil. Ke sistem pemerintahan presidensial atau parlementer. Sampai bentuk pemerintahan klasik, monarki, atau republik. Masing-masing dari bentuk dan sistem pemerintahan memiliki keunikan dan kekhasannya sendiri-sendiri

            Dalam mempelajari tentang pendidikan kewarganegaraan kita juga perlu memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan adanya pendidikan kewarganegaraan pula kita bisa melihat dimana kelemahan dari pemerintahan yang berjalan di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain dan hal apa yang dapat ditingkatkan hingga pada akhirnya nanti Indonesia dapat menjadi negara maju layaknya negara-negara yang lainnya.

            Rendahnya tingkat keminatan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan kewarganegaraan mungkin disebabkan oleh faktor cara pembelajaran. Para pengajar di Indonesia kebanyakan masih menggunakan metode kuno sebagai cara belajar dengan murid. Mereka masih suka menggunakan cara dengan memberikan teori-teori tertentu dan memaksa untuk mengingat teori tersebut secara mutlak agar dapat mendapat nilai baik.

            Padahal, cara seperti ini justru malah dapat menimbulkan masalah bagi banyak siswa di Indonesia. Mereka justru akan terpacu pada hafalan dan tidak memahami apa yang mereka hafalkan tersebut. Para pengajar seharusnya mengajarkan kepada muridnya bagaimana cara mengamalkan nilai-nilai kenegaraan dalam kehidupan sehari-hari daripada harus menghafal banyak teori.

Pengajar juga seharusnya lebih memanfaatkan teknologi dalam media pembelajaran. Pemebelajaran tidak harus hanya dengan metode berbicara saja. Ada banyak media yang dapat digunakan seperti powerpoint, film, drama, dan dinamika-dinamika kelas lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun