Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Author, BNSP Certified Screenwriter, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini Mengapa Gen Z Dianggap Alami Anxiey Massal! Bukan Cengeng, tapi Realita Sosial

16 Juni 2025   06:19 Diperbarui: 16 Juni 2025   06:19 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Mengapa Gen Z Dianggap Alami Anxiey Massal! Bukan Cengeng, tapi Realita Sosial, foto: Polina Tankilevitch: pexels.com

Gen Z tengah bergelut melawan masalah mental health yang tak mudah. Cemas, gelisah, sulit tidur, dan overthinking menjadi teman dekat yang tak terpisahkan dari hidup mereka.

Banyak yang kemudian melabeli Gen Z sebagai generasi lembek, cengeng, dan gampang stress, padahal akar masalahnya bukan soal sikap manja, tapi memang realita sosial yang tengah mereka hadapi.

Berdasarkan sebuah laporan dari American Psychological Association (APA), Gen Z merupakan kelompok yang melaporkan tingkat stres dan kecemasan lebih besar dibanding generasi sebelumnya. 

Tak hanya soal pekerjaan dan relasi, tapi juga masalah masa depan yang terlihat tidak menentu.

Ini ternyata terjadi bukan karena mereka lebih lemah, tapi memang tantangan zaman yang lebih sulit dan tak terprediksi. 

Dalam era yang tengah berubah cepat, Gen Z harus belajar hidup sambil diterpa gelombang masalah yang tak mudah diberesakan.

Penyebab Anxiety Massal pada Gen Z

Ada beberapa akar masalah yang turut melahirkan kecemasan massal di kalangan Gen Z:

-Tekanan Sosial Media

Generasi Z dibombardir oleh standar hidup yang tampak sempurna di media sosial. 

Instagram, TikTok, dan platform lain tak hanya menjadi ruang kreatif, tapi juga ajang perbandingan yang tak manusiawi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun