Apakah E-commerce tak lagi menjanjikan masa depan cerah, karena perusahaan digital besar seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada mulai mengalami gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masif?
Dalam beberapa tahun terakhir, e-commerce adalah simbol kemajuan. Lapangan kerja terbuka lebar, pertumbuhan pesat, dan investasi miliaran dolar masuk ke sektor ini. Namun, sejak 2024 hingga pertengahan 2025, narasi itu mulai berubah drastis.
Shopee, misalnya, telah melakukan PHK dua kali. Pertama, efisiensi dilakukan dengan memindahkan sebagian besar tim operasional ke Yogyakarta dan Solo.
Kedua, pada Mei 2025, proyek konten video yang digagas di Solo dan melibatkan ratusan tenaga muda justru  dibubarkan pada akhirnya.
Mengutip dari laporan Tech in Asia, (20/10/2025), sekitar 300 staf terkena dampak dalam gelombang efisiensi terbaru ini, dan sebelumnya pada 2023 dan 2024, lebih dari 1.000 karyawan sudah lebih dulu dirumahkan.
Tokopedia juga mengalami hal serupa, bahkan lebih besar skalanya. Setelah merger dengan TikTok Shop, terbentuklah entitas baru bernama ShopTokopedia. Akibatnya, terjadi tumpang tindih fungsi dan efisiensi besar-besaran.
Menurut laporan e27 dan CNBC Indonesia (Mei--Juni 2025), sekitar 2.500 karyawan terkena PHK pascamerger. Gelombang berikutnya bahkan disebut-sebut bisa terjadi lagi pada Juli 2025 mendatang.
Lazada dan Blibli juga tidak luput dari gelombang badai. Kunjungan pengguna ke platform mereka anjlok tajam.
Data dari iPrice (04/2025) menunjukkan Lazada turun 23,5%, sementara Blibli terperosok hingga 49,6% dalam hal trafik bulanan.
Walaupun belum diumumkan secara terbuka, efisiensi tenaga kerja kemungkinan besar sedang berlangsung.
Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan RI per 20 Mei 2025, total 26.455 pekerja telah terkena PHK di berbagai sektor sepanjang tahun ini.