Ada satu kisah menarik dari Desa Sungai Merah di Kalimantan Barat.
Warga desa ini secara swadaya membentuk komunitas pelestari hutan adat. Mereka menolak izin tambang, membangun ekowisata, dan menghidupi desa dari hasil bumi berkelanjutan.Â
Kisah ini, menurut dari Kompasiana, menjadi bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari tingkat lokal.
Pertanyaannya: beranikah kita melakukan hal serupa?
Karena menyelamatkan bumi bukan tugas aktivis lingkungan semata.Â
Bukan juga hanya tanggung jawab pemerintah atau korporasi. Kita semua adalah pelaku. Dan sayangnya, juga perusaknya.
Hari Bumi adalah peringatan, sekaligus peringatan keras.
Kalau kita terus berpura-pura tidak tahu, maka tinggal tunggu waktu sampai bumi benar-benar lelah dan tak bisa lagi memberi ampun.
Mari mulai dari diri sendiri.
Karena seperti kata pepatah Indian kuno, "Hanya ketika pohon terakhir ditebang, sungai terakhir tercemar, dan ikan terakhir ditangkap, barulah manusia sadar bahwa uang tidak bisa dimakan."
Selamat Hari Bumi.