Entahlah, apakah saya harus terkejut atau justru bersikap tak peduli ketika ingin menanggapi video viral Bu Guru Salsabila ini, saking kecewa dan sedihnya.
Berita tentang video viral Bu Guru Salsabila yang konon berjoget tanpa busana telah tersebar di media sosial Tiktok, Instagram, bahkan sampai ke video di WhatsApp Group, terutama di wilayah Jember.
Salsabila konon kerap melakukan joget-joget sebagai konten untuk akun Tiktoknya hingga kemudian viral video berdurasi 5 menit itu, dan di video itu ia disebutkan berjoget tanpa busana.
Ironinya, ia mengaku dijebak oleh pacar onlinenya saat melakukan klarifikasi yang sudah tersebar pula sejak beberapa hari lalu.
Dan Salsa ini sedang diperbantukan untuk mengajar matematika siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Ambulu, Jember, Jawa Timur.
Rupanya Love Scammers terus mengintai wanita-wanita yang masih polos dan mudah dibodohi, saya pernah menulis tentang love scammers dan aksi tipu-tipunya di sini.
Bayangkan, korbannya kali ini adalah seorang guru yang mengajar matematika, yang seharusnya lebih mengedepankan logikanya, bukankah pelajaran matematika mengedepankan pemikiran logis?
Hanya karena mengenal seseorang yang mengaku pengusaha dan sering video call, padahal dalam video call itupun si pria selalu punya cara untuk tidak memperlihatkan wajahnya, guru cantik dan seksi ini pun tertipu.
Fenomena mudahnya cari uang, flexing, FOMO, membuat orang yang bahkan seorang pendidik pun kehilangan akal sehat.
Okelah, dia masih muda, namun jika memang semuanya harus "dimaafkan" lewat pernyataan seperti itu, berapa banyak lagi perempuan muda yang bakal tertipu.
Masyarakat perlu disadarkan akan bahayanya love scammers dan juga jangan pernah merekam serta berfoto dengan berpakaian minim atau bahkan tanpa busana!
Bahkan di dalam riset saya, di akun X terutama, banyak sekali gadis-gadis muda, atau bahkan perempuan berusia matang melakukan hal lebih gila dari apa yang dilakukan Salsa.
Kebanyakan "penonton" mereka adalah para pemain judi online (judol) yang terpancing dan digoda agar tetap bertahan di situs jahat tersebut.
Uniknya, fenomena guru joget-joget ini bukan hanya konten milik Salsa saja. Saya melihat bukan saja joget, tapi ada juga yang bernyanyi bersama murid-muridnya sambil bergoyang mengikuti tren.
Meski tak semua konten para guru menunjukkan hedonitas belaka, namun sepertinya kita harus prihatin ketika melihat para pendidik ini malah ikut-ikutan berkonten.
Kurang uangkah? Mungkin ini pertanyaan sekaligus jawaban yang harus menjadi perhatian pemerintah agar kualitas pendidik di negeri ini semakin meningkat.
Dulu, sekitar tahun 2004, saya pernah mengikuti sebuah kompetisi film dokumenter yang mengangkat kisah tentang mirisnya dunia pendidikan di Indonesia (kalau tidak salah temanya berkisar tentang itu).
Saya bersama teman di komunitas, mengangkat cerita tentang seorang pekerja sosial yang memiliki Taman Kanak-kanak dan menceritakan tentang aktivitasnya.
Kemudian yang berhasil memenangkan penghargaan pertama adalah film karya Sutradara Jastis Arimba dengan cerita seorang kepala sekolah pemulung.
Saat itu, apa yang dikerjakan terlihat kotor dan hina, namun, jika dibandingkan dengan sikap dan tindakan para guru yang berkonten di media sosial, rasanya ia masih jauh lebih mulia.
Terutama di akun Tiktok, setiap konten yang tayang terutama jika live, memang bisa mendatangkan cuan yang besar jika konsisten membuat dan menayangkan kontennya.
Tak heran jika mereka tergiur, karena saya juga tergiur untuk mencoba mendapatkan cuan dari membuat konten di media sosial.
Dan guru joget-joget baru dari sekian fenomena "runtuhnya" marwah pendidikan di Indonesia.
Jika melihat akun Tiktok @laporbroron, Bro Ron sang influencer kerap melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sekolah-sekolah yang diduga melakukan praktek KKN.
Ada yang memanipulasi anggaran, menggunakan dana BOS tidak tepat guna, memangkas gaji guru seenaknya, dan lain-lain.
Mungkin, praktik-praktik sejenis ini, ketika sekolah pernah saya dengar. Namun kini dengan maraknya media sosial, hal seperti itu menjadi teramat menyedihkan ketika terekspos.
Apalagi Salsa, meskipun sudah meminta maaf secara terbuka, rasanya ini penting dijadikan pembelajaran  bagi para orang tua agar lebih bisa berkomunikasi aktif sehingga hal-hal seperti ini dapat terantisipasi.
Dalam ajaran Islam, marwah merupakan salah satu dari tiga hal yang saling melengkapi untuk mewujudkan harga diri, yaitu izzah (kemuliaan diri), muru'ah atau marwah (menjaga kehormatan diri), dan iffah (menahan diri).
Maka hendaknya, terutama kepada generasi muda Islam, dan untuk seluruh bangsa Indonesia, harus benar-benar bisa menahan diri, menjaga kehormatan dirinya sehingga kemuliaan dirinya akan terpancar mengagumkan.
Cukup sudah kasus video viral Bu Guru Salsabila ini merebak, tak perlu lagi ada berita lain yang sejenis apalagi melebihi ini.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI