Mohon tunggu...
DIMAS BAYU WIDIATMOKO
DIMAS BAYU WIDIATMOKO Mohon Tunggu... MAHASISWA

Halo! Saya Dimas Bayu Widiatmoko, berasal dari Trenggalek. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo. Saya bersemangat untuk terus belajar dan berkembang, serta siap berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui laman ini. Terima kasih telah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ritual Nyadran Dam Bagong Sebagai Wujud Pelestarian Budaya Lokal dan Etika Lingkungan Masyarakat Trenggalek

5 Juni 2025   20:15 Diperbarui: 5 Juni 2025   20:29 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Nyadran Dam Bagong TrenggalekSumber : Kompas.com

 Tradisi Nyadran Dam Bagong di Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai etika lingkungan dan penghormatan terhadap leluhur, khususnya Adipati Ageng Minak Sopal, yang berperan penting dalam pembangunan sarana irigasi Dam Bagong. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai ritual keagamaan dan ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah, tetapi juga sebagai sarana pelestarian budaya dan konservasi sumber daya alam lingkungan sekitar. Melalui upacara adat ini, masyarakat Trenggalek menunjukkan komitmen untuk menjaga harmoni antara manusia dan alam, sekaligus memperkuat identitas budaya dan solidaritas sosial dalam komunitasnya.

Pelaksanaan Nyadran Dam Bagong melibatkan berbagai prosesi seperti tahlilan di makam Minak Sopal, pelarungan kepala kerbau ke aliran sungai Dam Bagong, serta pertunjukan seni tradisional seperti wayang kulit dan tari jaranan yang menjadi bagian dari perayaan dan hiburan masyarakat. Ritual ini juga dipercaya memiliki nilai fungsi sebagai sarana keselamatan dan keberkahan bagi warga, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan irigasi yang mendukung pertanian daerah tersebut. Kearifan lokal dalam tradisi ini tercermin dalam semangat gotong royong dan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan tradisi tanpa ketergantungan pada bantuan pemerintah.

Sejarah Dam Bagong

Tradisi Nyadran Dam Bagong di Trenggalek berakar dari sejarah pembangunan Dam Bagong yang sangat penting bagi masyarakat petani di wilayah tersebut. Pada masa lalu, mayoritas masyarakat Trenggalek bermata pencaharian sebagai petani yang sangat bergantung pada air hujan untuk mengairi sawah mereka. Kekeringan dan kekurangan air menjadi masalah utama yang menghambat produktivitas pertanian. Adipati Menak Sopal, seorang tokoh berpengaruh sekaligus ulama penyebar Islam di Trenggalek, mengambil inisiatif untuk mengatasi masalah ini dengan membendung sungai yang mengalir dari Gunung Wilis, yang kemudian dikenal sebagai Dam Bagong.

Menurut legenda, pembangunan dam ini tidak mudah dan mengalami kegagalan awal. Saran untuk menumbalkan kepala gajah putih sebagai tumbal diberikan oleh ayah Adipati Menak Sopal, dan setelah melaksanakan ritual tersebut, pembangunan dam berhasil. Kepala gajah tersebut dimasukkan ke sungai Bagongan, dan dagingnya dibagikan kepada warga yang ikut bergotong royong. Dari sinilah asal mula nama Dam Bagong dan tradisi Nyadran sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada Adipati Menak Sopal dan leluhur yang berjasa.

Prosesi dan nilai pada tradisi Nyadran Dam Bagong

Prosesi Nyadran Dam Bagong dilaksanakan setiap tahun pada hari Jumat Kliwon bulan Selo atau Zulkaidah dalam kalender Hijriah. Rangkaian acara diawali dengan tahlilan dan doa bersama di makam Adipati Menak Sopal, dilanjutkan dengan ziarah makam oleh tokoh masyarakat dan warga. Setelah itu, dilakukan kirab atau arak-arakan kepala kerbau yang akan menjadi tumbal dalam ritual. Kepala kerbau tersebut kemudian disembelih, dan dagingnya dibagikan kepada warga sebagai sedekah, sementara kepala dan kaki kerbau dilarung ke dalam dam dan diperebutkan oleh warga sebagai simbol keberkahan.

Selain ritual inti tersebut, acara juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni tradisional seperti tari jaranan dan pagelaran wayang kulit yang memperkuat ikatan sosial dan budaya masyarakat. Tradisi ini tidak hanya menjadi wujud syukur atas hasil panen dan keberhasilan pembangunan dam, tetapi juga sebagai upaya menjaga kelestarian budaya dan mempererat solidaritas sosial antarwarga Tradisi Nyadran Dam Bagong mengandung nilai-nilai etika lingkungan yang sangat erat dengan kearifan lokal masyarakat Trenggalek. Kearifan lokal ini tercermin dalam penghormatan terhadap alam dan upaya pelestarian sumber daya air melalui Dam Bagong yang menjadi sumber kehidupan dan pengairan sawah. Etika lingkungan dalam tradisi ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam, sebagai bentuk tanggung jawab kolektif menjaga kelestarian sumber daya alam demi keberlanjutan kehidupan masyarakat.

Menurut Berkes (2012), kearifan lokal berperan sebagai mekanisme sosial yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan secara harmonis dan berkelanjutan. Dalam konteks Nyadran Dam Bagong, ritual tumbal kepala kerbau dan gotong royong masyarakat mencerminkan nilai solidaritas dan tanggung jawab bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan irigasi. Larung kepala kerbau ke dalam dam bukan hanya simbol ritual, tetapi juga penghormatan terhadap alam dan pengakuan akan keterkaitan manusia dengan lingkungan sekitar. Nilai etika lingkungan dalam tradisi ini juga mengandung prinsip keberlanjutan, di mana masyarakat secara aktif menjaga dan merawat Dam Bagong sebagai sumber air yang vital untuk pertanian. Tradisi ini menjadi media edukasi sosial yang menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga sumber daya alam dan warisan budaya secara berkelanjutan. Dengan demikian, Nyadran Dam Bagong tidak hanya berfungsi sebagai ritual budaya, tetapi juga sebagai sarana pelestarian etika lingkungan dan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun, yang berperan penting dalam menjaga harmoni antara manusia, budaya, dan alam di Trenggalek.

Refrensi

Bacaini.ID. (2025). Tradisi Nyadran Dam Bagong, Cara Warga Trenggalek Bersyukur. Bacaini.id.

Berkes, F. (2012). Sacred Ecology. Routledge.

Detik Jatim. (2022). Tradisi Nyadran Dam Bagong, Menumbalkan Kepala Kerbau di Trenggalek

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun