Mohon tunggu...
Dimas Aditya
Dimas Aditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

The alchemist of happines

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Skeptisme-Pemburu Iman

21 Desember 2022   15:49 Diperbarui: 21 Desember 2022   16:01 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Skeptisme-Pemburu Iman


Sering sekali kecurigaan hadir terhadap orang lain dan bahkan diri sendiri-itu adalah sebuah sifat entitas manusia yang tak pernah dicapai bahkan disadari (Gorgias-385--380SM)- Kecuriagaan mempunyai sejarah yang panjang bahkan menjadi salah satu aliran Filsafat sampai sekarang atau bisa disebut dengan Skeptisme; secara historis hadir untuk menguji sebuah kebenaran-dan menolak mentah mentah realitas kebenaran itu. Dalam peradaban Sokrates Skeptisme adalah sebuah Epistemologis yang cacat. Tapi setelah berkembangnya ilmu Filsafat teori itu menjadi hal yang penting untuk menemukan suatu realitas yang baru. 

Menurut Gorgias Skeptisme itu menjadi cacat pada zaman itu karena pengalaman manusia yang berbeda-beda tidak dapat diperoleh melewati bahasa, karena itu kepastian menjadi kabur; dan penguji dari Skeptisme itu menjadi diragukan karna beberapa hal yang empiris tidak bisa selalunya di uji. Setelah perkembangan Skeptisme akhirnya mencapai titik temu yang berguna untuk Ilmu Pengetahuan, seperti Decartes bilang " Aku ingin ragu dalam segala hal sehingga dapat melihat. dimana keyakinan itu ku peroleh" 

Perkataan Gorgias tetap didukung oleh Immanual Kant tentang Fenomena "Meyakini bahwa nalar teoritis hanya mampu mecerap fenomena dan bukan sesuatu pada dirinya(Das ding an sich), artinya, nalar teoritis hanya berurusan pada fenomena (gejala yang tampak), bukan dengan noumena (nomena atau sesuatu pada dirinya)-Skeptisme memang harus berhenti ketika sudah masuk ruang Empiris-atau pengalaman pribadi seseorang; Kaum Skeptisme juga harus punya titik berhenti pada suatu Teori, karena jika terus berlanjut meragukan hal-hal yang tidak dimampui oleh seseorang itu akan hanya menjadi bias yang liar dan tidak terkontrol.

MERUNTUHKAN DOGMATIS


Skeptisme mempunyai peran untuk membunuh Dogmatis-Setiap individu berhak untuk curiga ketika terkait dengan perubahan realitas atau sikap terhadap Sosial; karena biarkan itu ter-uji Secara Intelektual jangan biarkan itu diam. Seperti kata Imam Al-Ghazali kebenaran itu terus bergerak dan sembunyi.
Musuh dari Skeptisme sendiri adalah sebuah Dogma yang biasa tercipta dari sebuah Antroprosentris-yang disebabkan oleh sinisme masa lalu yang terjadi sampai sekarang; bisa juga untuk melihat sesuatu yang lain terhadap realitas baru. Karena sudah menjadi buruk ketika Manusia mempercayai realitas Sosial secara mutlak tanpa tahu asli dari historis itu apa-akhirnya menjadi sebuah Iman. Dan kali ini kaum Skeptis harus berbalik pesimis kepada kaumnya sendiri-karena ketika suatu hal telah menjadi Iman, menguji kebenaran itu hanyalah sebuah ke-hampaan-Tidak berguna. Pada dasaranya Iman itu sudah final tidak dapat diuji lagi.
Seperti konsep Atheisme yang datang di era sekarang-Pengetahuan itu menjadi kacau dan meninggalkan sejarah yang semestinya lahir pada zaman itu; membabi buta untuk orang-orang yang membenci Agama tanpa satu historis dan menguji. Skeptisme itu baik untuk menguji hal dan mencari kebenaran. Tapi disisi lain Skeptisme sendiri harus mempunyai batu yang dipijak-agar tahu dimana ia bergerak untuk menguji Iman bukan Mencari Iman; Karena kalau bergerak dari itu Skeptisme menjadi bias dan hanya sebagai alat dari Sinisme; Keraguan adalah sebuah manifesti untuk mencari sebuah iman-ketika sudah tidak ada keraguan maka itu bergeser menjadi Iman yang tidak akan bisa ditentang lagi.

Skeptisme mempunyai peran penting dalam sosial sekarang-untuk menguji sesuatu yang beracun-meragukan sesuatu yang akan merugikan tanpa menghilangkan esensi Individu. Skeptisme tidak boleh bias akan suatu Iman yang bersifatnya Individu-terhadap dia kepada yang Ada, karena itu bagian dari Noumena-sesuatu pada dirinya yang tidak pernah tampak dan hanya bisa dirasakan-jangan pernah membabi buta menguji Noumena, melainkan yang bersifat sosial dan punya potensi merugikan banyak orang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun