Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ancaman Revolusi Industri 4.0 di Bukik Tui

8 Juli 2019   00:59 Diperbarui: 8 Juli 2019   06:17 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lahirnya era Revolusi Industri ( RI) keempat dari tahun 2011. Dimana semua tekologi, fisika, biologi dan digital menyatu secara kompleks. Diawali  RI  pertama yang dimulai sejak tahun 1784 dengan  kekuatan uap untuk mekanisasi sistem produksi. 

Revolusi Industri kedua dimulai pada tahap menggunakan daya listrik untuk melangsungkan produksi massal. 

Sedangkan, RI ketiga tahun 1969 menggunakan kekuatan elektronik dan teknologi informatik otomatisasi proses produksi. Semua dalam jaringan internet dengan interkoneksi yang begitu cepat. Tidak dipungkiri dengan kemajuan zaman kita bisa mengetahui semua pengetahuan, ekonomi, kesenian, budaya dan bahasa luar dengan begitu praktis.  

Malam 18 Juni 2019, di Gedung Hoerijah Adam. Kampus  ISI Padangpanjang menghadirkan pertunjukan teater dengan konsep penciptaan "Menciptakan Teater dengan Spirit Randai dalam Bentuk Pantomime dan Menggunakan Pendekatan Alinasi Brecht". 

Pertunjukan di GP 1
Pertunjukan di GP 1
Dilatar belakangi dari RI 4.0,  mahasiswa Pasca  ISI Padangpanjang Frisdo Ekardo mengangkat  fenomena sosial penambang batu kapur di Bukik Tui
Menurut Frisdo karyanya menawarkan sistem dramatik dalam bentuk Pantomime, selama ini masyarakat mengetahui Pantomime hanya sebatas karya spontan, dan berharap karya ini menjadi tawaran baru dalam bentuk pertunjukan teater.

Bahwa karya seni tidak hanya tunggal namun majemuk. Semua itu tergantung sudut pandang sutradara dalam membuahkan sebuah karya. Membutuhkan jangka waktu setahun untuk observasi kegiatan penambang kapur.

Hasil observasi menjadi pondasi dalam pertunjukan Bukik Tui. Supaya kegiatan penambang batu kapur di Bukik Tui, bisa merefleksikan penonton pada saat pertunjukan berlangsung. Kemudian pada saat pertunjukan pemain, menggunakan celana galembong, yang bewarna hitam dan berukuran besar.  Supaya ketika melakukan tapuak menghasilkan bunyi yang khas.        

Alinasi dalam Pertunjukan Bukik Tui 

Frisdo Ekardo selaku sutradara, menggunakan pendekatan alinasi Brecht. Alinasi adalah usaha untuk menggambarkan sebuah peristiwa ke dalam bentuk baru yang bertujuan untuk mencegah penoton menjadi katarsis. 

Alinasi pada  pertunjukan Bukik Tui, berguna untuk menyadarkan aktor bahwa mereka bukan robot, yang harus larut dengan peran yang dimainkan dalam pertunjukan. Ketika adegan alinasi dilakukan, para aktor Bukik Tui dan tim produksi pergi ke atas panggung dan menghadirkan suasana latihan pertunjukan teater. 

Para pemain bersikap sehari-hari dan menjadi dirinya sendiri. Tidak lama kemudian pertunjukan dilanjutkan.  Meskipun demikian pengtrolan diri seorang aktor harus kokoh, disebabkan kehadiran mereka dipanggung untuk menghibur penonton, dan kebutuhan akademis di ISI Padangpanjang.

Relasi Pertunjukan Bukik Tui dengan Revolusi Industri 4.0

Pertunjukan di GP
Pertunjukan di GP
Batu kapur  bagaikan bongkahan emas bagi warga Bukik Tui. Setiap harinya penambang bekerja. 

Namun di adegan terakhir sutradara menghadirkan adegan  penambang yang bekerja di batu kapur bukanlah manusia, melainkan robot yang dikontrol oleh otak mesin.  Artinya jika manusia tidak kreatif, integritas, etos kerja dalam bertindak, bersiaplah profesi akan digantikan oleh robot. 

Jika pemerintah tidak bekerja sama dengan masyarakat dalam mengendalikan perkembangan RI 4.0 . Berkembang biak para manusia yang tidak produktif. Jadi RI 4.0 menjadi dampak negatif bagi kelangsungan hidup. Meskipun Indonesia telah menyiapkan strategi untuk menghadapi RI 4.0. Jangan sampai Indonesia gagal dalam berdaya saing sehingga menjatuhkan pertumbuhan ekonomi. Di sinilah peran pemerintah dalam menyikapi RI  4.0 agar rakyat Indonesia tetap sejahtera kedepannya.

(Sebelumnya tulisan ini sudah penulis terbitkan di koran Haluan Mingguan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun