Apakah kamu yakin sarden kaleng favoritmu benar-benar aman? Di balik rasa gurih dan kepraktisannya, mungkin saja tersembunyi ancaman logam berat yang perlahan menggerogoti kesehatan.
Olahan ikan dalam kemasan kaleng, khususnya sarden telah menjadi pilihan masyarakat dalam beberapa tahun ini karena penyajiannya yang praktis, rasanya yang enak dan dapat dikonsumsi atau diolah dengan cepat. Hal tersebut sangat cocok dengan gaya hidup masyarakat saat ini yang sibuk dan memiliki keterbatasan waktu untuk memasak.
Selain cara penyajiannya yang praktis, olahan ikan kaleng seperti sarden memiliki kelebihan lainnya seperti daya tahan produk yang cukup lama tanpa bantuan pendingin seperti kulkas. Meskipun dalam bentuk kalengan, ikan sarden tetap memiliki kandungan gizi yang baik. Sarden kaya akan protein, omega-3, kalsium, dan vitamin D. Kandungan omega-3, khususnya, penting untuk kesehatan jantung dan otak. Bagi banyak orang, ikan kaleng menjadi cara mudah dan terjangkau untuk memenuhi kebutuhan nutrisi penting tersebut.
Namun, dibalik kepraktisannya dan juga nilai gizi tersebut, pentingnya keamanan pangan dalam produk olahan ikan kaleng tidak bisa diabaikan. Salah satu jenis cemaran yang dapat ditemukan dalam olahan ikan kaleng seperti sarden adalah logam berat yang berasal dari bahan kemasan, seperti kaleng logam itu sendiri. Kaleng sarden umumnya mengandung beberapa jenis logam, termasuk timbal (Pb), timah (Sn), dan terkadang juga logam lainnya seperti tembaga (Cu) dan besi (Fe). Logam-logam ini bisa berasal dari bahan kemasan kaleng itu sendiri, atau bisa juga berpindah dari kaleng ke makanan selama proses pengalengan dan penyimpanan.
Bahan logam yang terkandung dalam kemasan sarden seperti timbal (Pb), timah (Sn), dan terkadang juga logam lainnya seperti tembaga (Cu) dan besi (Fe) bersifat toksik dan dapat terakumulasi dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Jika dikonsumsi secara terus-menerus tanpa pengawasan, logam berat ini dapat memicu berbagai gangguan kesehatan seperti kerusakan saraf, gangguan ginjal, bahkan kanker, sehingga menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat.
Merujuk pada SNI 7387-2009 tentang batasan maksimum cemaran logam berat dalam pangan, olahan ikan seperti sarden memiliki batas maksimum cemaran logam terutama timbal (Pb) sebesar 0,3 ppm dan dikatakan layak dikonsumsi jika nilainya tidak melebihi batas maksimum yang sudah ditentukan.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh St. Mu'tamirah dari Akademi Kesehatan Lingkungan Muhammadiyah Makassar (2016) mengkaji kadar logam berat timbal (Pb) pada beberapa merek ikan kaleng yang beredar di Kota Makassar. Dari tujuh sampel yang dianalisis, dua di antaranya, yaitu Sampel A (0,6941 ppm) dan Sampel B (0,4105 ppm), diketahui melebihi ambang batas maksimum yang ditetapkan oleh SNI, yakni 0,3 ppm, sehingga dinyatakan tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Sementara itu, lima sampel lainnya menunjukkan kadar timbal di bawah ambang batas dan dinyatakan aman untuk dikonsumsi. Hasil ini menegaskan bahwa meskipun sebagian besar produk memenuhi standar, tetap terdapat produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan konsumen akibat cemaran logam berat.
Untuk mencegah dan mengendalikan cemaran logam berat pada produk ikan kaleng seperti sarden, diperlukan kolaborasi antara produsen, pemerintah, dan konsumen. Pihak industri wajib menerapkan standar keamanan pangan seperti Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk memastikan proses produksi bebas dari kontaminasi logam berat. Pemerintah melalui lembaga seperti BPOM dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga harus rutin melakukan pengawasan dan pengujian terhadap produk olahan laut yang beredar di pasaran. Selain itu, konsumen berperan penting dengan memilih produk yang sudah memiliki sertifikasi mutu, memperhatikan label informasi gizi, dan tidak mengonsumsi produk yang sudah melewati masa kedaluwarsa. Langkah-langkah ini sangat penting guna meminimalkan risiko paparan logam berat yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan jangka panjang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI