"Ada dua hal yang tidak pernah berubah dalam sejarah: perubahan itu sendiri dan mereka yang menentangnya."--- Yuval Noah Harari
Maka ketika Recep Tayyip Erdoĝan menjejakkan kaki di Halim Perdanakusuma, kita tak sekadar menyaksikan kunjungan kenegaraan biasa. Ada sesuatu yang lebih besar.
Ini adalah pertemuan dua negara yang, dalam perjalanannya, terus mencari jati diri di tengah pusaran politik global. Indonesia dan Turki, dua negeri yang sama-sama mengklaim dirinya sebagai kekuatan Islam moderat, berhadapan dengan dunia yang tak pernah tinggal diam.
Prabowo Subianto menyambutnya dengan hangat. Dua sosok ini punya kesamaan: berlatar belakang militer, pernah menjadi oposisi, lalu naik ke puncak kekuasaan dengan janji perubahan.
Erdoğan datang membawa agenda yang padat---kerja sama ekonomi, pertahanan, dan, tentu saja, geopolitik. Tetapi ada satu topik yang menyatukan keduanya lebih dari yang lain: Gaza.
"Kebebasan bukanlah sesuatu yang diberikan; itu adalah sesuatu yang harus diperjuangkan."--- Noam Chomsky
Sejak awal kepemimpinannya, Erdoğan telah menjadikan pembelaan terhadap Palestina sebagai bagian dari diplomasi Turki. Ia bukan hanya berbicara, tetapi bertindak. Ankara memutuskan hubungan dagang dengan Israel sebagai protes atas pembantaian di Gaza, sebuah langkah yang jarang dilakukan oleh negara-negara besar.
Sementara itu, Indonesia, meskipun tetap bersuara lantang di forum internasional, memilih pendekatan yang lebih lunak. Kita menolak normalisasi dengan Israel, mendukung Palestina di PBB, tetapi sejauh ini, belum ada tindakan konkret yang menyamai langkah Turki.
Padahal, kita pernah memiliki pemimpin yang tak ragu-ragu menyatakan sikapnya. Bung Karno dengan tegas berkata, "Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel." Kini, zaman berubah, dan pendekatan diplomasi Indonesia pun tampak lebih berhati-hati.
Tetapi pertemuan ini bukan hanya soal Palestina. Ada hal lain yang bisa dipelajari dari Turki---terutama dalam bagaimana sebuah negara menegaskan dirinya di kancah internasional.