AL-KINDIÂ
Al-Kind (801--873 M), yang dikenal sebagai "Filsuf Arab," hidup pada masa kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah. Di tengah lingkungan ilmiah yang terbuka terhadap filsafat Yunani, Persia, dan India, ia berhasil menjembatani pemikiran para filsuf klasik dengan ajaran Islam. Karya-karyanya meliputi bidang logika, metafisika, matematika, kedokteran, dan teologi, dengan tujuan utama memperdalam pemahaman manusia terhadap Tuhan dan ciptaan-Nya.
Dalam konteks konsep ruang kehendak Allah yang diajukan, pola pikir Al-Kind menunjukkan sejumlah kesesuaian penting.
Pertama, ia menegaskan bahwa Tuhan adalah Sebab Pertama dan satu-satunya yang mutlak. Segala sesuatu yang ada berasal dari kehendak dan penciptaan-Nya. Pandangan ini sejalan dengan gagasan bahwa seluruh realitas dan takdir berlangsung dalam pola ruang yang telah dikehendaki oleh Allah. Ruang ini bukan hanya dimensi fisik, melainkan ruang kehendak Ilahi yang mengatur keberadaan semua makhluk.
Kedua, Al-Kind sangat meyakini bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan yang rasional dan teratur. Ini sangat relevan dengan konsep ruang yang menyatakan bahwa takdir bukanlah garis lurus tunggal, melainkan simpul-simpul dan persilangan jalur dalam ruang kehendak yang tersusun secara teratur. Takdir bukan sekadar kebetulan, melainkan pola terstruktur yang sudah ditentukan oleh Allah.
Ketiga, Al-Kind menganggap waktu dan gerak sebagai bagian ciptaan, bukan sesuatu yang abadi bersama Tuhan. Hal ini mendukung pandangan konsep ruang yang menyatakan waktu muncul sebagai urutan kehendak dan penulisan dalam Lauh Mahfudz, yang berfungsi sebagai peta koordinat dalam ruang kehidupan.
Keempat, pengetahuan dan filsafat bagi Al-Kind adalah jalan untuk mengenal Tuhan melalui ciptaan-Nya. Konsep ruang yang memosisikan akal sebagai mesin tafsir, ruh sebagai bahan bakar, dan fitrah sebagai kompas menunjukkan suatu pendekatan yang sangat sejalan dengan cita-cita Al-Kind, yaitu menyelaraskan akal dan iman dalam mencari pemahaman Ilahi.
Penjelasan Sistematis Konsep RuangÂ
1. Ruang Kehendak Allah sebagai Dimensi Utama
Konsep ruang menganggap alam semesta dan seluruh peristiwa yang terjadi di dalamnya sebagai suatu "ruang kehendak" yang sudah tertata secara presisi oleh Allah. Dalam ruang ini, terdapat koordinat-koordinat takdir yang merepresentasikan kemungkinan-kemungkinan jalur hidup manusia dan peristiwa yang akan terjadi.
Ruang ini bersifat multi-dimensi, bukan hanya ruang fisik, tetapi juga ruang metafisik yang memuat semua potensi dan realisasi takdir.