Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan

When the message gets across, it can change the world

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengembalikan Tarum ke Citarum

25 September 2017   19:56 Diperbarui: 2 Maret 2018   14:48 2764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebahagiaan ketika akhirnya dapat bertemu tanaman Tarum tahun 2012

Kebahagiaan ketika akhirnya dapat bertemu tanaman Tarum tahun 2012
Kebahagiaan ketika akhirnya dapat bertemu tanaman Tarum tahun 2012
Tahun 2012. Kuke menyimpan dan merawat tanaman Tarum ini hingga tiga bulan.  Hari dimana saya memegang Tarum adalah hari yang amat membahagiakan. Tanggal 5 Maret 2012 menjadi sangat berkesan. Bahkan di hari yang sama, Pak Bachtiar, Kuke, Gelar, Nancy, Wahyu dan saya sempat makan malam bersama untuk merayakan “kembalinya Tarum”. Kami lalu menanam Tarum “impor” ini di kawasan Sungai Cisanti. Cisanti adalah kawasan hulu sungai yang menampung 7 mata air sebelum membentuk aliran sungai Citarum. Kawasan ini sekarang bertuliskan “0 km Sungai Citarum”.

Tahun 2013. Kami menitipkan Tarum kepada kenalan warga di sana dan kalau ke Cisanti, kami menyempatkan diri untuk menengoknya. Tapi malang, kondisinya belakangan kritis, kering kerontang dan daunnya hilang dimakan ternak. Mengimpor Tarum kembali dari Yogya agak sulit.

Sekali lagi, Tuhan mengirimkan Tarum kepada kami. Kali ini lewat Pak Ruhimat, pegawai Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC). Rupanya diam-diam selama ini beliau ikut “teracuni” ide menanam Tarum kembali di Citarum.

Menanam kembali Tarum dari Ciamis (12/4/13) di Kampung Pejaten Komplek, desa Tarumajaya, Kab.Bandung
Menanam kembali Tarum dari Ciamis (12/4/13) di Kampung Pejaten Komplek, desa Tarumajaya, Kab.Bandung
Hari itu (12/4/13), Pak Ruhimat mengabari kami, ketika ia pulang kampung ke Ciamis, ia menemukan tanaman Tarum di kampungnya. Beliau berbaik hati membawakan empat buah tanaman Tarum untuk kami.

Akibat terlalu girang, sore itu juga kami berangkat ke Cisanti. Kami menanam satu pohon Tarum di Kampung Pejaten Komplek, desa Tarumajaya, sekitar 700 meter dari mata air Pangsiraman. Sedangkan 1 pohon lagi kami tanam di dekat mata air Pangsiraman dan 2 pohon di Desa Cibeureum. Kali ini kami menitipkan pada warga yang rumahnya dekat situ dan menitipkan uang perawatan sekedarnya untuk menyiram dan membuat pagar bambu di sekeliling tanaman Tarum.

Seperti apa tanaman Tarum di hulu Citarum ini sekarang? Sejak tahun 2014, saya belum lagi berkunjung ke sana. Jika ada teman yang kebetulan sedang berwisata ke sana, boleh ya tolong titip kabar dan juga titip doa agar Sungai Citarum dapat pulih bersih dan sehat kembali.



Catatan: Ini adalah sebuah narasi lama, ketika bekerja pada sebuah  lembaga donor di program Citarum terpadu yang melibatkan 6 kementerian  pada periode 2009-2014. Kisah kecil sederhana yang terdorong rasa  penasaran dan keinginan untuk mengembalikan Tarum di aliran Sungai  Citarum.


Tulisan: Diella Dachlan
Foto: Ayu Kuke Wulandari, Ng Swan Ti, Diella Dachlan


Referensi:

Ci Tarum, Kawasan Penghasil Pewarna Alami, T.Bachtiar, 2012, Cita-Citarum

Citarum dalam Perspektif Sejarah, A.Sobana Hardjasaputra, 2007, Universitas Padjajaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun