Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Shooting Star, Melawan Kekerasan dengan Musik

20 Juli 2020   22:01 Diperbarui: 22 Juli 2020   20:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Beethoven mengatakan bahwa makna musik bagi laki-laki adalah dalam hatinya, sedangkan bagi perempuan adalah dalam airmatanya," hal itulah yang dijawab oleh anak laki-laki bernama Philip ketika ditanyakan oleh petugas sosial mengenai tanggapan bagaimana ayah dan ibunya terhadap musik dan piano.

Kecintaannya pada piano berawal dari sejak dirinya kecil, berawal dengan diajarkan oleh ayahnya, dan kemudian dapat mengembangkan kemampuannya sendiri.

Philip diharuskan kepala sekolahnya menemui petugas sosial setelah didapati berkelahi dengan teman sekelasnya, dan saat itulah kepala sekolah melihat bekas pukulan di punggung Philip.   

Philip Schuman, anak laki-laki berumur lima belas tahun kerap mendapat ejekan dan bulian dari teman kelasnya yang laki-laki karena lebih menyukai bermain piano daripada berlatih olahraga.

Philip mewarisi bakat mampu bermain piano dengan sangat bagus dari ayahnya, namun justru ayahnya yang melarangnya keras untuknya bermain piano, karena dianggap kurang jantan. Ayahnya pun memilihkan berbagai olahraga untuk Philip seperti kriket.

Tidak hanya itu saja, ayahnya ternyata juga sering memukulnya, apabila dia tidak mau melakukan apa yang ayahnya perintahkan. Kurangnya dukungan dari ayahnya, tidak menyorotkan semangat Philip untuk terus bermain piano, karena ibunya sangat mendukungnya.

Sampai akhirnya ibunya sakit parah, dan meninggal. Saat itulah, ayahnya semakin keras melarangnya untuk bermain piano. Ayah Philip mengunci piano di rumah mereka sehingga Philip tidak bisa bermain sama sekali.

Philip kemudian ditawari berlatih piano di salah satu rumah seorang guru piano oleh salah seorang pencari bakat. Philip pun berhasil mengembangkan kemampuannya bermain piano dengan sangat luar biasa, bahkan mampu menciptakan komposisi lagu sendiri.

Philip yang tidak puas hanya bermain piano di rumah gurunya pun mencoba membuka piano di rumahnya dan berhasil. Dia pun memainkan pianonya kembali dan tidak menduga bahwa hal tersebut membuat ayahnya sangat marah, dan memukulinya beserta pianonya sampai hancur. Akibatnya ayahnya pun dipenjara, dan kemudian beberapa bulan kemudian bunuh diri.

Philip pun tinggal di panti asuhan. Sebelum ayahnya bunuh diri, Philip dengan tangan dan kaki yang patah, mengunjungi ayahnya, dimana ayahnya meminta maaf dan menceritakan bahwa dirinya tidak sadar telah menjadi seperti kakeknya.

Ayah Philip seperti Philip ternyata lebih memilih bermain piano daripada olahraga, dan hal tersebut menimbulkan kemarahan pada kakek Philip. Hampir setiap hari ayah Philip dipukul oleh kakeknya, bahkan neneknya Philip juga dipukulnya, sampai neneknya Philip tidak tahan dan melakukan bunuh diri dengan meminum pil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun