Mohon tunggu...
didit budi ernanto
didit budi ernanto Mohon Tunggu... Freelancer - menulis kala membutuhkan

(ex) jurnalispreneur...(ex) kolumnispreneur....warungpreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berbagi Kebahagiaan ala JNE untuk UMKM

31 Desember 2020   14:53 Diperbarui: 31 Desember 2020   15:33 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sepanjang tahun 2020 ini nyaris waktu dihabiskan untuk urusan pandemi Covid-19. Imbas luar biasa dialami semua lini kehidupan yang terdampak Covid-19 ini. Termasuk juga sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Namun, di tengah keterpurukan diterpa badai pandemi Covid-19, toh masih ada UMKM yang tetap eksis bahkan menangguk kesuksesan. Hal itu setidaknya terungkap dalam sejumlah kisah Cerita JONI atau JNE On Time Integrator di channel YouTube JNE.

Seperti dialami Yusuf Rahmat pelaku UMKM berlabel Milkan. "Pandemi, Alhamdulillah penjualan justru lebih banyak," tutur Yusuf.

Memulai bisnis rajut di Binong Jati Kota Bandung tahun 2011, melalui Cerita JONI, Yusuf mengungkapkan penjualannya bahkan tidak hanya menjangkau seluruh Nusantara, melainkan hingga ke negeri jiran seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

Yusuf memulai usaha membuat pakaian rajut yang kemudian dikirim ke Pasar Tanah Abang Jakarta. Merasa usahanya berjalan begitu-begitu saja, Yusuf lantas berinisiatif memasarkan sendiri produknya secara daring.

Usahanya ternyata terus berkembang hingga kini tak kurang sebanyak 800 model dibuatnya. "Setiap hari bisa sampai 3.000 lusinan produksi," imbuh Yusuf.

Satu hal penting dari berkembangnya usaha Yusuf adalah dirinya mampu membuka lapangan kerja bagi banyak orang, termasuk di luar Kota Bandung seperti di Garut. Ia sengaja mengirim mesin rajut supaya pengerjaan produk hingga setengah jadi bisa dilakukan di Garut. Lalu, setelah itu  dikirim lagi ke Bandung untuk proses finishing.

Perkembangan usaha di masa pandemi juga dirasakan oleh Muhammad Adzwin. Dengan produk dompet kanvas berlabel Wallts, Adzwin mampu memberi pekerjaan bagi kurang lebih 19 pekerjanya. Dengan pekerja yang ada itu, Adzwin rerata mampu memproduksi dompet sebanyak 7.000-9.000 buah setiap bulannya.

Adzwin mengisahkan di awal merintis usaha, ia memilih menjual dompet produksinya secara luring (offline). Yaitu dengan menitipkan ke berbagai toko baik di Kota Bandung maupun di luar Kota Bandung.

Hingga sekitar tahun 2018 lalu Adzwin memutuskan mengganti strategi penjualan secara daring. Penjualan luring pun praktis dihentikan.

Berbagai media sosial dimanfaatkan untuk memasarkan produknya. Strategi ini ternyata membuahkan hasil. Dompet yang dijual secara daring ini mampu menembus pasar ekspor seperti ke Hongkong dan Taiwan. "Kalau untuk pasar lokal, hampir menyeluruh di Indonesia," sebut Adzwin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun