Mohon tunggu...
DIDIK FADILAH
DIDIK FADILAH Mohon Tunggu... a life-long learner

“Ikatlah ilmu dengan tulisan”.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rajin Shalat, Kok Ga ada Akhlak?

26 Maret 2025   21:34 Diperbarui: 26 Maret 2025   21:34 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sebagai ilustrasi (sumber : Freepik)

Pernahkah Anda bertemu seseorang yang tampak begitu rajin beribadah? Dia kelihatan rajin shalat, hafal banyak ayat suci, dan sering membicarakan ajaran agama dengan penuh semangat. Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang mengganjal. Sikapnya terhadap orang lain kadang kasar, dia mudah marah, atau bahkan sering kali menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dia khotbahkan. Fenomena seperti ini mungkin pernah kita temui.
Mengapa bisa terjadi hal seperti itu? Mengapa seseorang yang kelihatan sangat religius ternyata memiliki nilai spiritual yang rendah? Apakah ibadah hanya sekadar ritual tanpa makna? Mari kita telusuri lebih dalam melalui sebuah cerita kecil yang mungkin bisa menjadi bahan perenungan.

Cerita Pak Rahman dan Pohon Kurma

Di sebuah desa kecil, tinggallah seorang pria bernama Pak Rahman. Dia dikenal sebagai tokoh agama yang sangat taat, bahkan dia selalu menjadi imam di mesjid. Dia sering memberikan ceramah tentang pentingnya menjalankan perintah Tuhan. Semua orang memandangnya sebagai panutan.

Namun, ada satu hal yang membuat warga desa sedikit risih. Meskipun Pak Rahman rajin beribadah, sikapnya kepada tetangga sering kali kurang bersahabat. Dia mudah marah jika ada yang tidak sesuai dengan keinginannya. Jika ada anak-anak bermain di depan rumahnya, dia langsung membentak mereka tanpa ampun. Bahkan, ketika ada tetangga yang membutuhkan bantuan, dia sering kali menolak dengan alasan "Saya sedang sibuk beribadah."

Suatu hari, seorang ulama yang bijaksana datang ke desa tersebut. Mendengar reputasi Pak Rahman, ulama itu penasaran dan ingin bertemu dengannya. Saat tiba di rumah Pak Rahman, ulama itu disambut dengan hangat. Mereka berbincang-bincang tentang agama, dan Pak Rahman dengan antusias menceritakan bagaimana dia menjalani ibadahnya setiap hari.

Setelah mendengarkan cerita Pak Rahman, ulama itu tersenyum dan berkata, "Wah, sungguh luar biasa. Engkau benar-benar orang yang rajin beribadah. Namun, apakah engkau pernah mendengar kisah tentang pohon kurma?"

Pak Rahman menggeleng. Ulama itu kemudian mulai bercerita:  
"Suatu hari, ada seorang petani yang menanam pohon kurma di halaman rumahnya. Setiap hari, dia merawat pohon itu dengan sepenuh hati. Dia menyiraminya, memupuknya, dan melindunginya dari hama. Setelah beberapa tahun, pohon itu tumbuh besar dan kokoh. Namun, meskipun daunnya hijau dan batangnya kuat, pohon itu tidak pernah berbuah."

Pak Rahman tampak bingung. "Kenapa pohon itu tidak berbuah, ya?" tanyanya.

Ulama itu tersenyum lagi dan menjawab, "Karena akarnya tidak menembus tanah dengan baik. Walaupun pohon itu tampak subur di permukaan, akarnya tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dari tanah. Akhirnya, meskipun pohon itu terlihat indah, ia tidak menghasilkan buah yang bermanfaat bagi orang lain."

Ulama itu melanjutkan, "Ibadah itu seperti perawatan terhadap pohon. Shalat, puasa, dan membaca kitab suci adalah cara kita 'menyiram' pohon spiritual kita. Namun, jika akar-akar spiritual kita seperti keikhlasan, kasih sayang, dan kepedulian kepada sesama tidak tertanam dengan baik, maka ibadah kita hanya akan menjadi ritual kosong tanpa makna."

Pak Rahman terdiam. Dia mulai merenungkan kata-kata ulama itu. Hari-hari berikutnya, dia mencoba mengubah sikapnya. Dia mulai lebih sabar dengan tetangga, membantu mereka yang membutuhkan, dan belajar untuk lebih ikhlas dalam beribadah. Perlahan tapi pasti, hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya membaik, dan dia merasa lebih tenang dalam hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun