Sekedar informasi, sebagai bahasa Jawa, bahasa Tegalan mempunyai ciri khas utama yang biasa disebut dengan istilah ngapak. Ngapak sendiri sebenarnya tidak hanya digunakan oleh masayarakat Tegal, namun meliputi juga Brebes, Pemalang, Banyumas dan juga Cilacap. Contoh bahasa ngapak yang sering kita lihat adalah yang digunakan oleh komedian Parto dan Cici Tegal.
Kur 267 dipelopori oleh penyair Tegal Lanang Setiawan dan Dwi Ery Santoso. Kur sendiri yang bersinonim dengan mung, atau gel, mempunyai arti "hanya". Kur 267 (dieja dalam bahasa Tegalan: Kur Loro Enem Pitu) berarti puisi yang ditulis hanya dengan 2, 6 & 7 suku kata.
Dari informasi yang berhasil saya dapatkan langsung dari Lanang Setiawan, disebutkan oleh Lanang, angka 26 pada 267 diambil dari 26 November yang merupakan Hari Kelahiran Sastra Tegalan. Sementara angka 7, yang dalam bahasa Tegalan dibaca "pitu", dimaknai sebagai "pitulungan" (pertolongan). Dalam konsep yang lebih luas, lanjut Lanang, tanggal 26 Novembar adalah pitulungan bagi kelangsungan masa depan bahasa Tegalan yang terpinggirkan untuk kemudian diperjuangkan dalam gerakan Sastra Tegalan yang selama seperempat abad telah diperjuangkan olehnya bersama rekan-rekan sastrawan Tegal lainnya.
Lebih lanjut Lanang menekankan, dalam menuang kata pada Kur 267 tidak diperkenankan menggunakan kata sambung seperti kata nang (di), nganti (sampai), sing (dari), dan lain-lain.
Berikut beberapa contoh Kur 267, selain yang tertuang pada gambar artikel ini di atas.
NDORO WANYAD
Nggusur
Cara balik modal
Prilaku ndoro wanyad
TUAN SIALAN
Menggusur
Cara kembali modal
Prilaku tuan sialan
(Lanang Setiawan)
BLEH UNGSUM
Priyayi
Trah wong darah biru
Bleh ungsum nggo saiki