Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Sebagai Kebutuhan, Bukan Kewajiban (2)

22 Maret 2020   14:12 Diperbarui: 22 Maret 2020   14:31 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Membaca tulisan Bang Auky atau yang akrab dipanggil dengan inisial BAS  sebelumnya, bagi saya sangat menarik. Dengan tips-tips yang BAS sampaikan, kiranya bisa semakin menggugah semangat kita untuk tetap menulis.

Menyambung tulisan BAS (karenanya saya menggunakan judul yang sama), di sini saya ingin berbagi pengalaman tentang kegiatan menulis yang telah saya lakukan, baik di Kompasiana ini maupun di media lainnya. Semata untuk melengkapi. Karena beda orang, tentu beda cara. Dan semakin banyak cara kita pelajari, tentu akan semakin banyak pilihan untuk kita lakukan. Tinggal kita sesuaikan mana yang akan kita gunakan, mana yang lebih cocok buat kita atau cenderung dapat kita lakukan.

Saya pribadi terus terang bukan orang yang produktif dalam menulis. Menulis bagi saya bisa menjadi hal yang angot-angotan (tidak menentu), kadang bisa menulis banyak, kadang bisa vakum untuk sekian lama. Meski terus terang juga saya suka menulis, bahkan sejak duduk di bangku SMP dulu. Berarti, sekedar "suka menulis" memang belum cukup!.

Pada masa ketika saya bisa menulis banyak (secara kontinyu), biasanya hal ini akan terjadi setelah saya menulis beberapa tulisan. Dengan sendirinya, saya merasa ada semacam magnet yang menarik saya untuk terus menulis. Menulis, pada saat seperti ini, layaknya seperti ngomong, apa yang akan ditulis mengalir dengan sendirinya. Dan tentu saya menikmatinya, lebih dari sekedar kebutuhan. Menulis adalah sebuah cinta.

Maka tidak salah kiranya, jika di Jawa ada pepatah, "witing tresno jalaran soko kulino" (awal cinta adalah karena terbiasa). Namun, tresno itu pun, rasa cinta itu pun, harus tetap dijaga. Seperti menjaga selera kita terhadap makanan--di mana makan merupakan kebutuhan, demikian juga menulis. Ketika kita telah kehilangan selera untuk menulis, maka menulis akan berhenti dengan sendirinya.

Pertanyaan yang muncul kemudian, bagaimana kita bisa menjaga selera menulis kita? Seperti makan yang itu-itu saja, menulis, bagi saya, akan cepat menjenuhkan juga ketika menulis itu-itu saja. Menjaga kontinuitas menulis, ketika sudah stag, padahal saat itu mungkin tulisan yang sedang saya kerjakan belum selesai, saya beralih sementara ke tulisan lain. Bukan beralih untuk melakukan kegiatan lain (selain menulis) untuk menghilangkan kejenuhan tersebut.

Tentu, ini bukan dimaksudkan saya menulis setiap waktu. Refreshing seperti pergi ke taman untuk cuci mata sambil minum kopi sebagaimana BAS sampaikan tentu itu perlu juga untuk dilakukan.

Yang saya maksudkan adalah menghentikan menulis sama sekali atau menjedanya untuk waktu yang lama dan beralih ke kegiatan (besar) lainnya. Kecuali kita berprofesi sebagai penulis seperti wartawan dan sastrawan, mau tidak mau menulis memang menjadi kewajiban (bukan kebutuhan).

Namun, jika kita menulis adalah karena kemauan kita sendiri, menulis terkadang memang sangat memberatkan, karena menulis butuh kontinuitas. Karena, terjedanya kegiatan menulis saya baik saya mengalihkan sendiri atau karena kegiatan-kegiatan lainnya yang "memaksa", biasanya akan menjadikan saya malas untuk kembali menulis.

Dan memang demikian keadaannya, ketika saya pada akhirnya vakum untuk waktu sekian lama, tanpa menulis sama sekali. Yang berat dalam menjaga kontinuitas menulis adalah memulainya (lagi) ketika sudah terhenti. Karenanya, sebisa mungkin, jangan sampai terhenti sama sekali.

Nah, jika kita mempunyai hobi yang lain juga? Di sinilah kita dituntut juga untuk pandai mengatur waktu, terutama dengan pekerjaan pokok kita. Karena menulis kadang juga melenakan. Jangan karena hobi menulis, hobi kita yang lain juga tidak tersalurkan, lebih parah lagi, pekerjaan utama kita menjadi terbengkalai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun