Mohon tunggu...
Didik Djunaedi
Didik Djunaedi Mohon Tunggu... Editor - Penulis, Editor dan Penikmat Hiburan

Editor, penulis, dan penikmat hiburan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Steve Jobs dan Pidato yang Menyentuh

6 Oktober 2011   16:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:15 2137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Steve Jobs saat berpidato di hadapan mahasiswa Universitas Stanford."][/caption] Steve Jobs dikenal sebagai pembicara yang menarik dan juga "salesman" yang ulung. Hampir dalam setiap acara peluncuran produk Apple, Steve Jobs selalu tampil menjadi penyampai keynote yang layak disimak. Joke-joke ringan dan cerdas selalu disisipkan di antara pidatonya yang bernas. Semua itu membuat suasana menjadi betul-betul menyenangkan dan penjelasan produk mampu menyihir pendengarnya untuk segera merasakan dan memiliki produknya. Kata-kata dan ucapan Steve Jobs sering dan banyak dikutip karena sangat inspiratif. Salah satu pidato Steve Jobs yang paling banyak diperdengarkan dan ditonton di Youtube adalah saat dia memberikan sambutan di hadapan para mahasiswa Universitas Stanford pada tahun 2005. Dalam pidato tersebut Steve membicarakan tentang kematian, kehidupan dan keberanian mengambil keputusan sesuai hati nurani. Pesan dari pidato tersebut layak kita renungkan demi menjalani hidup lebih baik. Berikut ini terjemahan bebas dari pidato tersebut: "Ketika saya berumur 17 tahun, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, suatu hari kamu akan merasa hal itu memang benar." Kata-kata itu mengesankan saya, dan sejak itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat di cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri:" Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya ingin melakukan apa yang saya lakukan hari ini?" Dan setiap kali jawabannya "tidak " dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya perlu mengubah sesuatu. Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah alat yang paling penting yang pernah saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar dalam hidup. Karena hampir segala sesuatu - semua harapan eksternal, kebanggaan, takut akan malu atau gagal - semua itu akan sirna saat menghadapi kematian, meninggalkan hanya apa yang benar-benar penting. Mengingat bahwa Anda akan mati adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari perangkap cara berpikir akan kehilangan sesuatu. Kamu sudah telanjang. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hatimu. Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa pankreas itu.Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah kanker yang tidak dapat disembuhkan dan bahwa saya mempunyai harapan hidup tidak lebih dari tiga sampai enam bulan.Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan urusan saya, yang merupakan pertanda dari dokter untuk mempersiapkan kematian. Ini berarti berusaha memberitahu semua anak Anda tentang sesuatu yang Anda pikir Anda memiliki 10 tahun untuk memberitahu mereka hanya dalam beberapa bulan. Ini berarti untuk memastikan segala sesuatu telah diatur sehingga akan memudahkan keluarga Anda. Ini berarti untuk mengucapkan selamat tinggal. Saya hidup dengan diagnosa itu sepanjang hari. Kemudian pada suatu malam saya menjalani biopsi, di mana mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan saya, melalui perut  lalu ke dalam usus, menaruh jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel dari tumor. Saya dibius, namun istri saya yang ada di sana mengatakan bahwa ketika melihat sel di bawah mikroskop, para dokter mulai menangis karena ternyata sel-sel itu menjadi bentuk  kanker pankreas yang sangat jarang dan dapat disembuhkan dengan operasi. Lalu saya dioperasi dan saya baik-baik saja sekarang. Hal itu merupakan pengalaman terdekat saya dengan kematian dan saya berharap itu yang terdekat yang saya dapatkan untuk beberapa dekade lagi. Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa mengatakan hal berikut dengan yakin kepada kalian sedikit lebih daripada ketika kematian merupakan konsep yang berguna namun murni intelektual: Tidak ada yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun kematian merupakan tujuan yang kita semua yakini. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian sepertinya satu-satunya buah terbaik dari kehidupan. Kematian merupakan agen perubahan Kehidupan. Kematian menyingkirkan yang tua untuk membuat jalan bagi yang baru. Sekarang yang baru adalah kalian, tapi suatu hari tidak terlalu lama dari sekarang, kalian secara bertahap akan menjadi tua dan harus disingkirkan. Maaf bila terdengar terlalu dramatis, tetapi hal itu memang benar. Waktu yang kalian miliki terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani kehidupan orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma - yaitu hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan kebisingan pendapat orang lain menenggelamkan suara hatimu. Dan yang paling penting, miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi. Bagaimanapun hati dan intuisi paling tahu apa yang benar-benar kalian inginkan. Segala sesuatu yang lain menjadi tidak penting."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun