Pelaksanaan kegiatan secara langsung melalui tatap muka, yang memungkinkan untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat dan mitra kegiatan.
Kegiatan diskusi dengan anak-anak tentang stunting, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang masalah stunting dan upaya pencegahannya.
Membantu mengukur kualitas hemoglobin (hB) siswa dan siswi SMP Patroman, yang dapat memberikan informasi penting tentang status gizi mereka, termasuk risiko stunting.
Dengan metode-metode ini, diharapkan tujuan pengabdian masyarakat, khususnya dalam mengatasi masalah stunting, dapat tercapai dengan lebih efektif melalui interaksi langsung dan edukasi kepada berbagai pihak yang terlibat.
Hasil dan Pembahasan
Kelurahan Pataruman di Kecamatan Pataruman memiliki jumlah keluarga yang rawan terkena stunting paling banyak, yakni sebanyak 92 keluarga rawan stunting. Selain itu, terdapat 53 anak yang menunjukkan tanda-tanda stunting, yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum, selama, dan setelah kehamilan, yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin. Faktor lain yang berperan termasuk genetika orang tua, jarak antar kehamilan yang terlalu pendek, kehamilan pada usia remaja, dan kurangnya asupan gizi yang memadai selama kehamilan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Pra Hamil, Hamil, Persalinan dan Nifas, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual, faktor-faktor yang memperburuk kondisi ibu hamil juga termasuk usia ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun), kelahiran berulang, dan jarak kelahiran yang terlalu pendek. Ibu yang hamil dalam usia yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR juga berkontribusi sekitar 20% dari kasus stunting.
Mengidentifikasi faktor-faktor ini penting untuk merencanakan intervensi yang tepat guna mengurangi angka stunting di Kelurahan Pataruman dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Kerjasama antara mahasiswa KKN, pemerintah daerah, lembaga kesehatan, dan organisasi non-pemerintah (NGO) memiliki potensi besar untuk menciptakan dampak yang lebih besar dalam mengatasi masalah stunting. Mahasiswa dapat berkolaborasi dengan semua pihak terkait untuk mengorganisir berbagai kegiatan seperti kampanye anti-stunting, program pemberian makanan tambahan, serta layanan kesehatan yang diperlukan. Contohnya adalah program pemberian makanan tambahan (BPNT) yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 2023 dengan target 92 keluarga yang bertujuan untuk memberikan pangan tinggi protein kepada keluarga yang rawan stunting, yang diawasi oleh Bapenas
Sinergi ini bukan hanya memperluas jangkauan program, tetapi juga menggabungkan berbagai sumber daya dan pengetahuan dari berbagai pihak yang terlibat. Mengawasi pertumbuhan balita secara rutin adalah langkah kritis dalam upaya anti-stunting. Mahasiswa KKN dapat berperan aktif dalam melakukan pengukuran pertumbuhan balita secara berkala di posyandu yang ada di lokasi KKN mereka. Kegiatan pendampingan posyandu, dilakukan selama kegiatan KKN berlangsung, yaitu selama 4 minggu, dimana setiap RW, mengadakan posyandu satu bulan sekali. Â Data ini akan sangat berharga untuk mengidentifikasi kasus stunting secara dini, sehingga tindakan intervensi yang sesuai dapat segera diambil.